Perguruan Tinggi Harus Siap Komersialisasi Produk
Rep: Wahyu Suryana/ Red: Yusuf Assidiq
Lokakarya hilirisasi dan komersialisasi hasil inovasi dan hak atas karya intelektual di Universitas Negeri Yogyakarta (UNY). | Foto: Dokumen.
REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Riset harus memiliki kreativitas dalam pola pikir inovatif. Artinya, dalam melakukan riset jangan cuma karena kebutuhan pribadi, namun harus mampu memenuhi kebutuhan pasar yang tidak bisa tergantung ke teknologi saja.
Komisaris Utama Kimia Farma Diagnostika, Retno Sumekar mengatakan, riset perlu orientasi pendapatan, skalabilitas, arus kas, keuntungan dua tahun, dan keunggulan kompetitif. Harus menghitung usaha agar ada profit dalam dua tahun.
"Start-up, bila dalam waktu dua tahun tidak untung, maka jangan diteruskan," kata Retno dalam lokakarya hilirisasi dan komersialisasi hasil inovasi dan hak atas karya intelektual di Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), Rabu (17/11).
Perjalanan menjadikan sebuah invensi jadi inovasi cukup memacu adrenalin karena akan ada faktor luar yang ikut menyerang. Kompetitor pasti tidak akan tinggal diam dan untuk merealisasikan inovasinya perlu cari mitra yang tepat.
Peran manajemen inovasi perguruan tinggi dalam komersialisasi jadi penting. Sebab, mengelola inovasi yang bernilai komersial memberi input research and development ke fakultas atas kebutuhan teknologi dari industri ataupun pasar.
Jangan dilupakan identifikasi terhadap seluruh hasil penelitian untuk memilih invensi yang bernilai komersial. Atau, invensi yang langsung dapat didesiminasi kepada masyarakat atau invensi yang masih perlu disempurnakan lebih lanjut.
Retno menilai, LPPM dan Inkubator garda depan universitas mengomersialisasi hasil produk, sehingga dibutuhkan tingkat kesiapan teknologi (TRL) dan tingkat kesiapan inovasi (IRL). Tahap ini, belum bicara bisnis karena baru dibahas IRL.
Saat pengembangan produk, Retno menekankan, harus ada validasi teknologi, desain produk pendahuluan, produk trial, uji coba dan masuk skala komersial. Tahap penemuan, dimulai ide, teknologi inovatif dan evaluasi jadi prototipe.
Selain itu, evaluasi tahap pengembangan dan inovasi. Tahap penemuan jadi lahan universitas, sedangkan tahap pengembangan dan inovasi jadi lahan perusahaan.
Karenanya, periset-periset muda perlu perhatikan permintaan. "Bila akan membuat produk jangan lupa perhatikan permintaan pasar dan dorongan pasokan," ujar Retno.