REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Kementerian Pertahanan Azerbaijan mengatakan, tujuh tentaranya tewas dan 10 lainnya terluka dalam bentrokan dengan Armenia. Kekerasan yang pecah di perbatasan ini terjadi pada 16 November lalu.
Pada Rabu (17/11) Kementerian Pertahanan Armenia mengatakan Armenia dan Azerbaijan sepakat gencatan di perbatasan pada Selasa (16/11) kemarin. Kesepakatan diambil setelah Rusia mendesak mereka untuk mundur dari konfrontasi paling mematikan sejak perang tahun lalu.
Sebelumnya Armenia dan Azerbaijan saling menuduh pasukan masing-masing melepaskan tembakan di perbatasan Nagorno-Karabakh. Insiden ini sempat diprediksi akan memanaskan ketegangan antara dua musuh lama itu.
Dua bekas negara Uni Soviet itu berperang selama enam pekan pada musim semi tahun lalu. Konflik di Nagorno-Karabakh tahun 2020 menewaskan sekitar 6.500 orang.
"Unit-unit Angkatan Bersenjata Azerbaijan mencoba melapaskan serangan sementara ke arah timur perbatasan Armenia-Azerbaijan," kata Kementerian Pertahanan Armenia, seperti dikutip the Defence Post, Senin (15/11).
Mereka menambahkan pasukan Armenia 'mencegah upaya musuh'. Lalu terjadi 'baku tembak yang intensif' di perbatasan tersebut.
Sementara Azerbaijan mengatakan pasukan Armenia melepaskan tembakan dari 'senapan penembak jitu, peluncur granat' dan berbagai senjata api' lainnya ke arah Azerbaijan pada Sabtu (13/11) malam. Tembakan dilepaskan ke beberapa distrik.
Salah satunya distrik Kalbajar yang Baku rebut tahun lalu setelah dikuasai Armenia selama tiga dekade. Kementerian Pertahanan Azerbaijan mengklaim telah 'mengambil tindakan yang tepat untuk mengakhiri provokasi'. Kedua negara tidak melaporkan adanya korban jiwa.
Pada Sabtu lalu pihak berwenang di Nagorno-Karabakh mengatakan karena insiden baku tembak, satu-satunya jalan yang menghubungkan Armenia ke Koridor Lachin yang menjadi kantong pemberontak ditutup sementara.