Kamis 18 Nov 2021 07:48 WIB

Penderita Penyakit Paru Lebih Rentan Terpapar Covid-19

Penderita penyakit paru obstruktif kronis yang kena Covid-19 sering bergejala berat.

Rep: Desy Susilawati/ Red: Reiny Dwinanda
Rontgen paru. Pasien penyakit paru obstruktif kronis memiliki kerentanan terhadap infeksi virus, termasuk di antaranya virus penyebab Covid-19.
Foto: Nova Wahyudi
Rontgen paru. Pasien penyakit paru obstruktif kronis memiliki kerentanan terhadap infeksi virus, termasuk di antaranya virus penyebab Covid-19.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Meskipun saat ini dunia masih dilanda oleh pandemi Covid 19, beban yang ditimbulkan akibat penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) tetap meningkat. Bahkan, mereka yang menderita PPOK memiliki risiko tersendiri berkaitan dengan infeksi Covid 19.

"Pasien PPOK memiliki kerentanan terhadap infeksi virus, termasuk di antaranya virus penyebab Covid-19," ungkap Dr dr Susanthy Djajalaksana SpP(K) saat konferensi pers dalam rangka peringatan Hari Pneumonia Sedunia dan Peringatan Hari PPOK Sedunia yang diselenggarakan oleh PPDI, Rabu (17/11).

Baca Juga

Infeksi virus pada pasien PPOK, menurut Susanthy, dapat mencetuskan perburukan secara akut yang dikenal sebagai eksaserbasi. Pada penderita PPOK, eksaserbasi dapat menurunkan kualitas hidup, menurunkan fungsi paru, serta menimbulkan kematian akibat komplikasi PPOK.

Tak heran jika, penderita PPOK yang positif Covid 19 sering kali dilaporkan mengalami penyakit dengan derajat yang lebih berat.

Pasien Covid-19 dengan komorbid PPOK lebih banyak ditemukan dibandingkan dengan yang memiliki penyakit bawaan TBC.

"Tidak jarang, penderita PPOK yang positif Covid-19 memerlukan perawatan intensif," kata Susanthy.

Pada penderita Covid 19, menurut Susanthy, diperkirakan antara dua hingga 13 persen di antaranya menderita PPOK. Data ini bervariasi di seluruh dunia dan sering kali bertolak belakang, menunjukkan PPOK sering tidak terdiagnosis.

"Oleh karena itu, penting mengenali penyakit secara dini agar dapat meningkatkan efektivitas pengobatan serta menurunkan risiko perburukan penyakit," ungkap Susanthy yang merupakan sekretaris Kelompok Kerja (Pokja) Bidang Asma & PPOK PP Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI).

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement