REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Subvarian Delta yang berkembang di Inggris kecil kemungkinannya menimbulkan gejala infeksi COVID-19. Studi REACT-1 oleh Imperial College London yang terbit pada Kamis (18/11) itu juga mengungkapkan bahwa secara keseluruhan kasus telah turun dari puncaknya pada Oktober.
Studi menemukan bahwa subvarian yang dikenal sebagai AY42 itu muncul pada hampir 12 persen dari sampel yang diurutkan. Namun hanya sepertiga saja yang memiliki gejala COVID "klasik".
Sedangkan subvarian AY4 yang kini mendominasi ditemukan pada hampir separuh sampel. AY42 diperkirakan sedikit lebih menular, namun tidak terbukti menyebabkan penyakit menjadi lebih parah.
Para peneliti menyebutkan bahwa orang tanpa gejala (OTG) mungkin kurang mengisolasi diri, tetapi orang dengan gejala lebih sedikit mungkin juga lebih gampang menyebarkan virus lewat batuk, dan mungkin tidak mengalami sakit parah.