REPUBLIKA.CO.ID, BAGHDAD -- Gerakan Sadrist di Irak bertekad untuk membentuk pemerintahan mayoritas nasional setelah mendominasi pemilihan parlemen negara itu sebagai Aliansi Sairoon bulan lalu. Hal tersebut disampaikan Muqtada al-Sadr yang merupakan pemimpin gerakan itu dan tokoh Syiah Irak.
"Seluruh dunia telah menyaksikan bahwa pemilihan diadakan secara transparan. Kami memiliki dua cara di hadapan kami, baik untuk membentuk pemerintahan mayoritas nasional atau untuk membentuk oposisi nasional," kata Sadr dalam sebuah konferensi pers di kota Najaf, Irak selatan, Kamis.
Selain itu, Sadr juga mendesak milisi dukungan Iran Hashd al-Shaabi harus dibubarkan dan senjatanya diserahkan kepada pemerintah karena gerakan itu tidak terkendali.
Blok Sadrist meraih keuntungan besar dalam pemilihan parlemen Irak pada 10 Oktober dengan menguasai 74 kursi parlemen dari 329 anggota.
Komisi pemilu Irak masih belum mengumumkan hasil akhir resmi dari penghitungan ulang yang sedang berlangsung.