Saturday, 19 Jumadil Akhir 1446 / 21 December 2024

Saturday, 19 Jumadil Akhir 1446 / 21 December 2024

Ketua DPD RI Singgung Rendahnya Jumlah Wirausahawan

Sabtu 20 Nov 2021 07:07 WIB

Red: Andi Nur Aminah

Ketua DPD RI, AA LaNyalla Mahmud Mattalitti meminta kepada Menteri Keuangan Sri Mulyani segera menyetujui anggaran untuk anak-anak yatim piatu yang telah disahkan oleh Komisi VIII DPR RI. LaNyalla menegaskan kesiapan lembaganya untuk mengawal penyaluran anggaran anak yatim yang telah resmi disahkan tersebut.

Ketua DPD RI, AA LaNyalla Mahmud Mattalitti meminta kepada Menteri Keuangan Sri Mulyani segera menyetujui anggaran untuk anak-anak yatim piatu yang telah disahkan oleh Komisi VIII DPR RI. LaNyalla menegaskan kesiapan lembaganya untuk mengawal penyaluran anggaran anak yatim yang telah resmi disahkan tersebut.

Foto: DP DRI
Jumlah wirausahawa memang masih rendah, sekitar 3,47 persen dari total penduduk.

REPUBLIKA.CO.ID, MUNA -- Ketua DPD RI AA LaNyalla Mahmud Mattalitti, menyinggung rendahnya jumlah wirausahawan di Indonesia jika dibanding negara-negara tetangga. Hal ini dikatakan La Nyalla Mahmud Mattalitti saat menjadi pembicara utama pada Rapat Kerja (Raker) Himpunan Artis Pengusaha Seluruh Indonesia (HAPSI), Jumat (19/11). "Tingkat entrepreneurship kita memang masih rendah, sekitar 3,47 persen dari total penduduk. Negara-negara tetangga seperti Malaysia dan Thailand, tingkat kewirausahaanya sudah di angka empat koma. Singapura yang tertinggi, sudah 8,76 persen," kata Ketua DPD RI LaNyalla Mattaliti yang sedang melakukan kunjungan kerja ke Sulawesi Tenggara.

Lebih lanjut LaNyalla mengatakan artis pengusaha memiliki profil istimewa karena kemampuan seorang artis membangun kemandirian di dunia usaha. "Artis berarti seniman yang berkiprah di berbagai profesi. Mereka bekerja untuk khalayak ramai agar masyarakat merasa terhibur, merasa senang, merasa bertambah pengetahuannya," ujar Ketua DPD LaNyalla.

Baca Juga

Ketua Dewan Penasehat Kadin Jawa Timur itu mengakui jika bayaran artis Tanah Air memang menjanjikan. Apalagi jika wajahnya kerap seliweran di layar kaca sebagai bintang sinetron stripping, terutama jika sinetronnya merajai prime time. 

Artis yang sedang naik daun bisa membintangi dua tiga sinetron secara bersamaan. Jika bekerja sejak pagi hingga malam, penghasilan bisa fantastis. Maka, stigma hidup glamor dan hedon melekat erat di kehidupan artis untuk mendukung penampilan tetap hits. Rumah, mobil, pakaian dan perhiasan mewah. Aksesoris serba bermerek melekat di tubuh mereka.

"Namun, roda kehidupan terus berputar. Kenyataannya, tidak semua artis bernasib mujur. Sebagian bernasib pilu di masa tua, sebagian bahkan mengalami di usia yang masih relatif muda. Tak jarang terdengar kabar prihatin. Dulu tenar dan kaya raya di masa jaya, kini hidup merana," ujar Senator asal Jawa Timur itu.

Hal ini, lanjut dia, karena sejalan dengan waktu, generasi berganti, selera publik pun berubah. Popularitas yang sempat diraih bisa meredup sekejap, karena artis wajah baru terus berdatangan. Maka, pilihan hidup yang tepat ialah selagi di masa jaya, seorang artis harus punya investasi di beragam bisnis. "Berani meninggalkan zona nyaman dalam area flash dan blitz kamera," ujar LaNyalla.

Oleh karena itu, kata dia, HAPSI harus menjadi contoh, karena status selebritas tak selamanya menjamin hidup sukses, rezeki lancar, badan sehat. "Seperti saya sebut tadi, artis pengusaha memiliki profil istimewa. Praktis jumlah artis pengusaha menambah jumlah pengusaha di Tanah Air," ujarnya.

Karena itu LaNyalla menghargai inisiatif para artis mendeklarasikan HAPSI pada 27 Januari 2017 di Crowne Plaza Jakarta, sekaligus pengukuhan para pengurus. "Kurang lebih empat tahun, saya mengamati kiprah HAPSI untuk ikut serta menjaga kedaulatan ekonomi kita. Fokus itu memang tepat, karena kita mesti bersungguh-sungguh mewujudkan kedaulatan ekonomi," tutur dia.

Indonesia, LaNyalla melanjutkan, tidak boleh tergantung kepada pihak eksternal. Kita harus tetap berdiri tegap, tidak bisa ditekan dan dipermainkan begitu saja. "Untuk mencapai kedaulatan ekonomi, salah satunya dengan memberdayakan dan memperkuat Usaha Kecil dan Menengah (UKM). Karena UKM berada di lapisan bawah, sehingga kita bisa membangun struktur ekonomi piramida, bukan kotak atau kubus," tegasnya.

Dengan begitu, badai ekonomi maupun moneter akan mampu dihadapi dengan struktur ekonomi piramida. "Saya berharap HAPSI fokus memperkuat bangunan ekonomi piramida tersebut," ujar LaNyalla.

 

Sumber : Antara
  • Komentar 0

Dapatkan Update Berita Republika

BERITA LAINNYA

 
 
 
Terpopuler