REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Virus Covid-19 masih menghantui banyak tempat dan ada banyak penelitian yang sedang dikembangkan untuk mencegahnya berkembang menjadi parah. Untuk pasien corona dengan infeksi paru-paru parah, sejauh ini pengobatan standarnya adalah deksametason. Sementara steroid digunakan untuk berbagai kondisi termasuk radang sendi, alergi parah, peradangan, dan asma.
Kendati begitu, sebuah studi baru yang diterbitkan di Nature oleh tim peneliti di University of Calgary menemukan bahwa obat tersebut mungkin memang memiliki efek dalam mengobati Covid-19. Tapi obat-obat itu kemungkinan hanya berlaku pada pria.
Dilansir dari Quartz, Ahad (20/11), menurut pedoman dari US National Institute of Health (NIH), penggunaan deksametason pada pasien dengan Covid-19 yang parah sering dilakukan untuk pasien rawat inap yang membutuhkan oksigen tambahan. Hal ini karena obat tersebut membantu mengurangi peradangan yang sering dikaitkan dengan kondisi tersebut. Obat ini diberikan secara intravena sekali sehari hingga 10 hari.
NIH merekomendasikan untuk tidak menggunakan deksametason ketika pasien tidak membutuhkan oksigen tambahan, karena ia tidak melihat manfaat yang signifikan dalam kasus tersebut. Namun penelitian menemukan situasi lain di mana deksametason tampaknya tidak membawa lebih banyak manfaat ketika pasiennya adalah seorang wanita.
Kenapa deksametason tidak ampuh untuk wanita?
Alasan di balik hasil yang berbeda adalah hasil dari cara Covid-19 berkembang pada pria dan wanita. Para peneliti mengamati bahwa interferon, protein yang biasanya bekerja dengan cepat untuk mengatasi infeksi virus, menetes pada infeksi Covid-19 yang parah, tetap berada di sistem dan menyebabkan peradangan parah pada pasien. Selama keadaan inflamasi inilah kerusakan organ lebih mungkin terjadi.
Deksametason mengurangi reaksi tubuh terhadap interferon, dan sebagai akibatnya, ia menenangkan peradangan. Namun penelitian menemukan bahwa pasien pria dan wanita memiliki reaksi yang berbeda terhadap interferon, dan pria memiliki reaksi inflamasi yang jauh lebih kuat terhadapnya. Pada wanita, di sisi lain, peradangan jauh lebih rendah, sehingga deksametason memiliki sedikit efek dalam meningkatkan situasi klinis secara keseluruhan.
“Saat ini, mungkin terapi andalan untuk Covid-19 parah yang kami berikan kepada semua orang hanya bermanfaat bagi separuh populasi. Ini adalah masalah besar," kata Bryan Yipp, profesor imunologi paru di University of Calgary dalam sebuah pernyataan.
Menurut Yipp, temuan ini harus menginformasikan pendekatan yang lebih baik untuk pengobatan dan terapi individual, daripada pendekatan lain.