Sabtu 20 Nov 2021 16:04 WIB

Konsumsi Vitamin D dan Omega-3 Kurangi Risiko Sakit Autoimun

Vitamin D dan omega-3 turunkan risiko sakit autoimun hingga 30 persen.

Rep: Umi Nur Fadhilah/ Red: Nora Azizah
Vitamin D dan omega-3 turunkan risiko sakit autoimun hingga 30 persen.
Foto: picpedia.org
Vitamin D dan omega-3 turunkan risiko sakit autoimun hingga 30 persen.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --Sebuah penelitian mengidentifikasi korelasi antara konsumsi vitamin D dan penurunan penyakit autoimun. Hal yang sama berlaku untuk suplemen asam lemak omega-3 yang berasal dari laut.

Peneliti dari American College of Rheumatology's ACR Convergence 2021 mempresentasikan hasil uji coba terkontrol acak pertama yang menyelidiki nilai vitamin D harian, asam lemak omega-3, atau keduanya, dalam mencegah penyakit autoimun. Dalam uji coba, seseorang yang mengonsumsi suplemen vitamin D dan asam lemak omega-3 selama lima tahun mengurangi terjadinya penyakit autoimun pada orang dewasa yang lebih tua hingga 25-30 persen dibandingkan dengan tidak mengonsumsinya.

Baca Juga

Penulis senior penelitian dan direktur Program Lupus di Brigham and Women's Hospital di Boston, Karen Costenbader, merangkum studi sebelumnya yang mengarah pada uji coba baru. Ketika tubuh manusia terkena paparan sinar matahari, dia menghasilkan vitamin D, yang mendukung kesehatan gigi dan tulang. 

Kurang paparan sinar matahari membuat tubuh mungkin tidak menghasilkan cukup vitamin D secara alami. Penelitian telah menghubungkan kekurangan vitamin D dengan berbagai kondisi.

“Dalam pengamatan ekologi sebelumnya, penyakit radang usus, multiple sclerosis, dan diabetes tipe-2 telah terbukti lebih umum di daerah garis lintang utara, di mana kadar vitamin D yang beredar lebih rendah,” kata Costenbader dilansir Medical News Today, Sabtu (20/11).

Sebaliknya, dia menambahkan bahwa baik vitamin D 25-OH plasma tinggi dan paparan UV yang tinggi dikaitkan dengan penurunan risiko rheumatoid arthritis (RA) di antara wanita dalam Studi Kesehatan Perawat. Dalam penelitian observasional sebelumnya, risiko RA yang lebih rendah telah diamati pada mereka yang meningkatkan asupan ikan berlemak.

Costenbader juga mencatat bahwa dalam penelitian yang berbeda, asam lemak yang lebih tinggi terhadap proporsi lipid total dalam membran (sel darah merah) dikaitkan dengan prevalensi anti-PKC dan rheumatoid yang lebih rendah. Costenbader dan rekan-rekannya merekrut 25.871 orang dewasa untuk vitamin D dan omega-3. Semua pria yang berpartisipasi berusia 50 tahun atau lebih. Para wanita, yang menyumbang 51 persen dari kohort, berusia 55 tahun atau lebih. Rata-rata usia peserta adalah 67 tahun.

Para peneliti membagi peserta menjadi empat kelompok yang ditugaskan secara acak, yang masing-masing menerima jatah harian selama 5,3 tahun, yaitu plasebo omega-3 dan plasebo vitamin D, 1 miligram (mg) suplemen asam lemak omega-3 dan 2.000 unit internasional (IU) vitamin D, plasebo omega-3 dan 2.000 IU vitamin D, 1 mg suplemen asam lemak omega-3 dan plasebo vitamin D. Uji coba berlangsung dari November 2011 hingga Maret 2014 dan pengobatan berlanjut hingga Desember 2017. Para peserta melaporkan masalah autoimun yang didiagnosis dokter saat muncul.

Para peneliti menilai efek vitamin D dan asam lemak omega-3 pada penyakit autoimun secara keseluruhan dan pada kondisi autoimun individu. Dalam analisis terakhir, kejadian penyakit autoimun berkurang 25-30 persen untuk peserta yang mengonsumsi suplemen vitamin D, suplemen asam lemak omega-3, atau keduanya, dibandingkan dengan orang yang hanya mengonsumsi plasebo.

Efek vitamin D3 tampak lebih kuat setelah dua tahun suplementasi. Penurunan insiden RA dan polymyalgia rheumatica sangat penting untuk reumatologi. 

“Efek yang lebih nyata setelah dua sampai tiga tahun penggunaan dengan vitamin D masuk akal secara biologis dan mendukung penggunaan jangka panjang,” ujar Costenbader.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement