Ahad 21 Nov 2021 13:27 WIB

Imelda Wiguna Kenang Saat Nangis Bareng Verawaty di Bangkok

Imelda Wiguna dan Verawaty Fajrin berpasangan pada masa lalu.

Rep: Fitriyanto/ Red: Israr Itah
Verawaty Fajrin (kanan) bersama Imelda Wiguna, mendapat penghargaan Pemain Legenda Terbaik dari Candra Wijaya International Badminton Center 2018.
Foto: Dok Broto Happy/Humas PBSI
Verawaty Fajrin (kanan) bersama Imelda Wiguna, mendapat penghargaan Pemain Legenda Terbaik dari Candra Wijaya International Badminton Center 2018.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Banyak kenangan legenda bulu tangkis Indonesia Imelda Wiguna bersama almarhumah Verawaty Fajrin yang meninggal dunia pagi tadi di Rumah Sakit Dharmais Jakarta. Namun, dari sekian banyak, yang paling berkesan adalah ketika keduanya menangis bersama di Bangkok pada 1978. Itu adalah tangis kebahagiaan setelah mempersembahkan medali emas untuk Indonesia.

"Kami mewek (nangis) bareng di podium tertinggi Asian Games 1978 Bangkok. Terharu mampu mempersembahkan emas untuk Indonesia," ujar Imelda ketika dihubungi Republika.co.id, Ahad (21/11).

Baca Juga

Imelda yang dihubungi tengah dalam perjalanan menuju TPU Tanah Kusir Jakarta Selatan bercerita kalau pertemuan pertama dengan Verawaty terjadi pada 1976. 

"Saat itu dia pemain baru. Pelatnas saat itu di GOR Kemakmuran Jakarta karena Senayan sedang direnovasi. Dia pemain paling junior. Kami berpasangan akhir tahun 1976," kata Imelda.

"Saya sempat keluar Pelatnas, tapi kemudian masuk lagi. Tahun 1977 saya kembali berpasangan dengan Vera. Debut SEA Games 1977 mampu lolos semifinal. Maret 1978 kami ikut tur Eropa dan berhasil hattrick juara di Belanda, Denmark, dan Skotlandia," kata dia.

Dahulu mereka sering bermain rangkap. Imelda tampil di ganda putri dan ganda campuran, sementara Vera main di tunggal putri dan ganda putri.  

"Satu hal luar biasa, meski main rangkap Vera tetap konsentrasi, tidak fokus tunggal saja, tetapi semua sektor yang diikuti sangat bertanggung jawab," kata dia.

Imelda juga menyatakan kalau dahulu PBSI tidak banyak mengirim pemain. "Dulu lima pemain yang sering dikirim adalah Lim Swie King, Ade Candra, Christian Hadinata, Saya (Imelda) dan Vera. Tetapi, dulu dari lima orang bisa banyak dapat banyak gelar, tidak seperti sekarang." 

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement