Ahad 21 Nov 2021 21:24 WIB

Agar Indonesia tidak Terpengaruh Inflasi Global

Memperbaiki struktur permintaan akan membuat pertumbuhan ekonomi lebih berkelanjutan

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: Gita Amanda
Ilustrasi Inflasi. Memperbaiki struktur permintaan akan membuat pertumbuhan ekonomi lebih berkelanjutan di tengah ketidakpastian global yang terjadi karena pandemi.
Foto: Foto : MgRol112
Ilustrasi Inflasi. Memperbaiki struktur permintaan akan membuat pertumbuhan ekonomi lebih berkelanjutan di tengah ketidakpastian global yang terjadi karena pandemi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Memperbaiki struktur permintaan akan membuat pertumbuhan ekonomi lebih berkelanjutan di tengah ketidakpastian global yang terjadi karena pandemi. Rantai pasok global terdistorsi dan kini sejumlah negara maju menunjukkan peningkatan inflasi tinggi.

Senior Economist dan Founder The Indonesia Economic Intelligence, Sunarsip, mengatakan gangguan global chain tersebut disebabkan kumulatif peristiwa. Mulai dari perbedaan kecepatan pemulihan ekonomi global hingga tidak siapnya para pelaku di sisi supply.

Baca Juga

Rendahnya tingkat produksi menimbulkan kenaikan harga dari beberapa komoditas strategis. Kenaikan inflasi negara-negara maju tentu akan sangat berpengaruh terhadap tingkat inflasi global.

"Prospeknya sangat tergantung bagaimana negara-negara mensikapi atau menyiapkan segala kebutuhannya," kata dia dalam Pelatihan Media Bank Indonesia di Surabaya, Sabtu (20/11) lalu.

Sunarsip mengatakan jika negara-negara bisa kelola disrupsi supply chain dengan baik, maka inflasi ini akan bersifat sementara. Otoritas negara atau pemerintah punya andil besar dalam menyikapi fenomena tersebut. Ia menyarankan untuk tidak buru-buru dalam mengambil keputusan.

Sunarsip juga mengatakan, perlu diperhatikan bahwa sejumlah fenomena moneter yang terjadi akibat pandemi ini sedang terjadi secara serempak. Salah satunya dipicu oleh musim dingin yang sedang terjadi di Eropa.  

"Ini dinamika yang kebetulan terjadi serempak, seperti di Eropa itu sedang musim dingin, kebetulan waktunya bersamaan," katanya.

Meski tidak terjadi di Indonesia, pemerintah dinilai perlu mengawasi sejumlah indikator dalam negeri. Seperti pasokan energi pangan, ketersediaan pangan, tingkat inflasi volatile food, dan menjaga distribusinya lancar.

Menurutnya, kondisi Indonesia masih stabil dengan inflasi sangat rendah meski di kondisi saat ini. Apalagi jika dibanding negara-negara lain yang telah memiliki tingkat inflasi naik turun secara drastis.

"Indonesia grafiknya masih sangat landai dan terjaga rendah, negara lain itu sudah zigzag grafiknya," kata dia.

Tingkat inflasi rendah juga ditopang oleh sektor pertanian yang terus tumbuh positif. Pertanian jadi satu-satunya sektor yang tidak pernah kontraksi selama pandemi. Maka dalam rangka mendukung dorong permintaan domestik, sektor pertanian harus terus diperkuat.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement