REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Intelijen Ukraina memperkirakan Rusia bersiap untuk melakukan serangan pada awal tahun depan. Kepala badan intelijen pertahanan Ukraina, Kyrylo Budanov, mengatakan Moskow telah mengumpulkan lebih dari 92 ribu tentara di perbatasan.
“Serangan seperti itu kemungkinan akan melibatkan serangan udara, artileri, dan serangan lapis baja diikuti oleh serangan udara di timur, serangan amfibi di Odessa dan Mariupul, serta serangan yang lebih kecil melalui negara tetangga Belarusia,” kata Budanov dilansir Al Arabiya, Senin (22/11).
Budanov memperkirakan Rusia mempersiapkan serangan pada akhir Januari atau awal Februari. Dia mengatakan Rusia kemungkinan akan mempersiapkan serangan yang lebih besar dari sebelumnya.
“Serangan yang sedang dipersiapkan Rusia akan jauh lebih menghancurkan daripada serangan dalam konflik yang dimulai pada 2014, yang telah menewaskan sekitar 14 ribu warga Ukraina,” ujar Budanov.
Ketegangan antara Ukraina dan Rusia meningkat tahun ini ketika Moskow mengumpulkan pasukan di dekat perbatasan. Pertempuran kemudian meningkat di Ukraina timur.
Hubungan kedua negara telah memburuk selama bertahun-tahun sejak aneksasi Rusia atas Krimea dari Ukraina pada Maret 2014. AS, NATO, dan Kiev telah menyatakan keprihatinan mereka atas pergerakan terbaru Rusia di dekat perbatasannya dengan Ukraina selama dua pekan terakhir.
Juru Bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan upaya untuk menyelesaikan krisis Ukraina dengan kekerasan akan memicu konsekuensi serius. Menurutnya, Ukraina kemungkinan besar mencari upaya lain untuk menyelesaikan masalah dengan kekerasan, menciptakan bencana untuk dirinya sendiri, dan semua orang di Eropa. Peskov menuturkan histeria Barat atas kemungkinan invasi Rusia ke Ukraina telah meningkat secara artifisial.
"Mereka yang membawa angkatan bersenjata mereka ke luar negeri menuduh kami melakukan aktivitas militer yang tidak biasa di wilayah kami. Artinya, AS. Nah, ini tidak sepenuhnya logis dan tidak patut,” ujar Peskov.