Selasa 23 Nov 2021 10:58 WIB

Mantan Presiden Korsel Meninggal Dunia karena Kanker Darah

Chun yang juga komandan militer dituduh memimpin pembantaian tentara Gwangju.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Teguh Firmansyah
 Mantan Presiden Chun Doo-hwan (kanan) dan penggantinya Roh Tae-woo berdiri dalam seragam penjara di ruang sidang diadili atas berbagai tuduhan pemberontakan, korupsi dan pembunuhan di Seoul, dalam file foto ini tertanggal 26 Agustus 1996. Bersejarah persidangan berakhir dengan Chun dijatuhi hukuman mati dan Roh dengan hukuman penjara 22 1/2 tahun, tetapi keduanya kemudian diampuni. Roh, yang menjabat sebagai presiden 1988-93, meninggal pada 26 Oktober 2021, pada usia 88 tahun. Roh baru-baru ini dirawat di rumah sakit setelah kesehatannya memburuk tetapi gagal pulih, kata para pembantunya.
Foto: EPA-EFE/YONHAP
Mantan Presiden Chun Doo-hwan (kanan) dan penggantinya Roh Tae-woo berdiri dalam seragam penjara di ruang sidang diadili atas berbagai tuduhan pemberontakan, korupsi dan pembunuhan di Seoul, dalam file foto ini tertanggal 26 Agustus 1996. Bersejarah persidangan berakhir dengan Chun dijatuhi hukuman mati dan Roh dengan hukuman penjara 22 1/2 tahun, tetapi keduanya kemudian diampuni. Roh, yang menjabat sebagai presiden 1988-93, meninggal pada 26 Oktober 2021, pada usia 88 tahun. Roh baru-baru ini dirawat di rumah sakit setelah kesehatannya memburuk tetapi gagal pulih, kata para pembantunya.

REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Mantan presiden Korea Selatan, Chun Doo-hwan meninggal dalam usia 90 tahun pada Selasa (23/11). Kematian Chun terjadi sekitar sebulan setelah mantan presiden Roh Tae-woo dalam usia 88 tahun.

Kantor berita Korea Selatan Yonhap melaporkan, Chun menderita multiple myeloma, kanker darah yang sedang dalam pengobatan. Kesehatannya memburuk baru-baru ini. Dia meninggal di rumahnya di Seoul pada pagi hari.

Baca Juga

Chun dikenal sebagai seorang mantan komandan militer yang memimpin pembantaian tentara Gwangju pada 1980 terhadap demonstran pro-demokrasi. Peristiwa ini menjadi sebuah kejahatan yang kemudian dia dihukum dan menerima hukuman mati yang diringankan.

Chun terkenal menyendiri. Ia menjalani persidangan pertengahan 1990-an dengan membela kudeta yang diperlukan untuk menyelamatkan bangsa dari krisis politik. Ia membantah mengirim pasukan ke Gwangju. "Saya yakin saya akan mengambil tindakan yang sama, jika situasi yang sama muncul," kata Chun di pengadilan.

Chun lahir pada 6 Maret 1931, di Yulgok-myeon, sebuah kota pertanian miskin di daerah tenggara Hapcheon, selama pemerintahan Jepang atas Korea. Dia bergabung dengan militer langsung dari sekolah menengah, dan naik pangkat sampai dia diangkat menjadi komandan pada 1979.

Sosok Chun mengambil alih penyelidikan pembunuhan Presiden Park Chung-hee pada 1979. Dia pun mendekati sekutu militer dan mendapatkan kendali badan intelijen Korea Selatan untuk memimpin kudeta 12 Desember.

"Di depan organisasi paling kuat di bawah kepresidenan Park Chung-hee, itu mengejutkan saya betapa mudahnya (Chun) menguasai mereka dan betapa terampilnya dia memanfaatkan keadaan. Dalam sekejap dia tampak telah tumbuh menjadi raksasa," kata bawahan Chun selama kudeta, Park Jun-kwang.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement