Selasa 23 Nov 2021 15:43 WIB

Goyang Militer, Oposisi Myanmar Kumpulkan 6,3 Juta Dolar AS

Pemerintah bayangan Myanmar menghasilkan uang untuk gulingkan junta militer.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Teguh Firmansyah
Ilustrasi: Tentara Myanmar.
Foto: Anadolu Agency
Ilustrasi: Tentara Myanmar.

REPUBLIKA.CO.ID, YANGON -- Pemerintah bayangan di Myanmar telah mengumpulkan 6,3 juta dolar AS pada hari pembukaan penjualan obligasi perdananya. Ini merupakan langkah terbesar dalam menghasilkan dana untuk menggulingkan junta militer yang berkuasa.

Pemerintah Persatuan Nasional (NUG) mengatakan, obligasi mulai dijual pada Senin (22/11) untuk sebagian besar warga negara Myanmar di luar negeri dalam denominasi 100 dolar AS, 500 dolar AS, 1000 dolar AS, dan 5.000 dolar AS dengan return selama dua tahun. Meskipun obligasi tersebut tidak akan menghasilkan pendapatan bunga bagi pembeli, nilai 3 juta dolar AS terjual dalam tiga jam pertama. Penjualan obligasi kemudian meningkat menjadi  6,3 juta dolar pada hari terakhir.

Baca Juga

“Dari sini saya menyaksikan antusiasme masyarakat dalam kasus pencopotan militer fasis,” kata juru bicara NUG, Dr. Sasa, di Facebook.

NUG belum mengungkapkan bagaimana dana tersebut akan digunakan. NUG mengatakan, pembeli obligasi melakukan pembayaran melalui transfer internasional ke rekening di Republik Cezka.

Seorang warga negara Myanmar berusia 27 tahun, yang meminta untuk tidak disebutkan namanya mengatakan, dia menginvestasikan 500 dolar AS dalam obligasi tersebut. Dia membeli obligasi tersebut untuk berkontribusi dalam revolusi.

 “Kami tidak berharap mendapatkan uang kembali setelah dua tahun. Kami membelinya karena kami ingin berkontribusi pada revolusi,” kata warga negara itu.

Kelompok oposisi telah mencoba untuk menghalangi upaya militer dalam mengkonsolidasikan kekuasaan. Kelompok oposisi mendorong orang untuk tidak membayar pajak dan bergabung dengan aksi pembangkangan sipil, dan melakukan boikot bisnis yang terkait dengan militer.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement