REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Masyarakat di Jabar diminta tetap waspada selama musim penghujan ini. Menurut Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jabar, Dani Ramdan, dari 5 ribu lebih desa yang ada di Jabar, ada 19 desa/kelurahan yang masuk resiko tinggi bencana. Sementara 3.500 skala bencana sedang dan yang rawan longsor 242 desa skala tinggi bencana longsor.
"Desa yang resiko tinggi bencana ini, mayoritas di Kabupaten Bogor, Kabupaten Bandung Barat, Cianjur, dan Garut. Jadi kita bentuk desa tangguh di desa resiko tinggi bencana ini," ujar Dani usai Upacara Apel Kesiapsiagaan Menghadapi Potensi Bencana di Jalan Diponegoro Kota Bandung, Selasa (23/11).
Selain itu, menurut Dani, pihaknya meminta Babinsa dan Babinkamtibmas untuk menyiapkan pengetahuan dan peralatan. Selain ada Satgas, di desa rawan bencana tersebut kepala desa dibantu oleh Babinkamtibmas dan Linmas.
"Ada juga anggaran desa dialokasikan untuk anggaran bencana," katanya.
Di desa resiko tinggi tersebut, kata dia, rawannya bencana longsor. Selain itu, di desa tersebut dibentuk desa tangguh bencana. Pemprov Jabar, membuat program pendampingan dan menyiapkan peralatan berat.
"Kami siapkan alat berat di Bogor, Cianjur, dan Garut. Kadang-kadang, bisa di kirim ke Sukabumi Selatan," katanya.
Dani menjelaskan, 19 desa tersebut dipilih berdasarkan skornya. Pertama, dilihat dari potensi bencana dan kecuraman tinggi. "Kalau kabupaten skor yang resiko bencananya paling tinggi sebenarnya Cianjur," katanya.
Hal itu, kata dia, dilihat dari potensi dan kerawanan bencananya. Daerah dengan indeks bencana tertinggi yaitu Garut dan Cianjur. "Prediksi puncak hujan terjadi padw Januari dan Februari. Makanya kami siaga 1 dari sisi bencana untuk mengantisipasi yang libur tahun baru," katanya.
Terkait jumlah korban bencana, kata dia, sepanjang tahun ini dari Januari sampai sekarang ada 48 korban bencana. Paling banyak, korban susur sunga ada 14 kasus.