REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Menteri Luar Negeri Israel Yair Lapid pada Senin (22/11) meminta Turki menutup kantor kelompok Hamas yang beroperasi di negara itu. Hal ini diutarakan Yapid setelah Israel mengumumkan penangkapan kelompok yang diklaim sebagai sel teroris Tepi Barat. Jumlah yang ditangkap beranggotakan 50 orang, dan digerakkan dari Istanbul.
“Kantor Hamas di Istanbul harus ditutup. Kita harus mencegah tindakan terorisme keji ini terhadap warga Israel di mana pun dan dalam kondisi apa pun,” kata Lapid, dilansir Times of Israel, Selasa (23/11).
Lapid mendesak negara-negara lain untuk mencontoh Inggris, yang melarang Hamas secara keseluruhan dan berhenti membedakan antara sayap politik dan militernya. "Negara-negara di dunia harus bertindak seperti Inggris dan melarang Hamas," kata Lapid.
Lapid angkat bicara setelah dinas intelijen Israel, Shin Bet mengungkapkan bahwa mereka menghancurkan sel utama Hamas, dan menangkap 50 anggota yang terlibat dalam operasi tersebut. Menurut Shin Bet, sel Hamas dipimpin dari Turki oleh Wakil Kepala Politbiro Hamas, Saleh al-Arouri, dan Zacharia Najib, yang merupakan anggota organisasi Hamas yang dibebaskan dari penjara Israel dalam pertukaran dengan Gilad Shalit pada 2011.
Al-Arouri maupun Najib tinggal di Turki. Mereka telah lama memiliki hubungan dekat dengan Hamas, yang secara politik terkait dengan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan. Sel itu adalah salah satu yang terbesar, yang ditemukan dalam beberapa tahun terakhir.
Menurut Shin Bet, lebih dari 50 operasi Hamas ditangkap di Tepi Barat dan sebagian besar persenjataan telah disita. Termasuk bahan-bahan yang dibutuhkan untuk membuat setidaknya empat sabuk peledak untuk serangan bunuh diri. Sejumlah uang yang jumlahnya dirahasiakan juga disita dalam penggerebekan tersebutm
“Ini adalah upaya pencegahan besar yang menggagalkan infrastruktur teroris berbahaya, yang merencanakan serangan serius,” kata seorang perwira senior Shin Bet, mengacu pada korban warga Palestina di Tepi Barat.
Menurut Shin Bet, sel itu berencana untuk melakukan serangan teror dalam sejumlah format di Tepi Barat dan Yerusalem. Sel tersebut kemungkinan juga akan melakukan pemboman di Israel.
Harian Haaretz melaporkan bahwa, para anggota sel mencatat kesediaan untuk melawan dan menghadapi pasukan keamanan Israel yang datang untuk menangkap mereka. Dalam satu serangan pada September, dua tentara Israel terluka parah dan beberapa anggota sel tewas dalam baku tembak.
Shin Bet juga menyoroti fakta bahwa, serangan ini adalah rencana konkret pertama untuk melakukan bom bunuh diri di Israel dalam lima tahun terakhir.