Selasa 23 Nov 2021 18:10 WIB

Hilang 1,5 Abad, Artefak Ethiopia Akhirnya Dikembalikan

Artefak diambil pada 1868 setelah pertempuran Maqdala antara Inggris dan Ethiopia.

Rep: Idealisa masyrafina/ Red: Dwi Murdaningsih

REPUBLIKA.CO.ID, ADDIS ABABA -- Sebanyak 13 artefak Ethiopia akhirnya dikembalikan. Artefak ini selama satu setengah abad disembunyikan sebagai koleksi pribadi. Artefak dikembalikan setelah berbulan-bulan negosiasi.

"Sejarah peradaban kuno negara kita, artefak, sidik jari pengetahuan adat, budaya, telah dijarah dalam perang dan diselundupkan secara ilegal," kata menteri pariwisata Ethiopia, Nasise Challa.

 

 

Artefak ini diambil pada tahun 1868 setelah pertempuran Maqdala antara kerajaan Inggris dan Ethiopia. Beberapa benda telah ditawarkan dalam sebuah lelang di Inggris pada bulan Juni oleh seorang penjual pribadi keturunan tentara Inggris yang berperang di Maqdala.

 

"Ada banyak artefak yang dijarah dari Maqdala," kata Teferi Meles, duta besar Ethiopia untuk Inggris, di mana banyak harta itu berada. 

 

"Kami tidak dapat mengembalikan semuanya, tetapi ini adalah pertama kalinya dalam sejarah negara untuk mengembalikan artefak yang dijarah dalam jumlah ini," tambahnya.

 

Beberapa benda diperoleh oleh The Scheherazade Foundation, organisasi nirlaba budaya, dan diserahkan ke kedutaan Ethiopia pada bulan September. Mereka dikembalikan ke Addis Ababa akhir pekan ini dan akan dipajang di museum-museum Ethiopia. Namun, pekerjaan masih jauh dari selesai.

 

"Kami telah memulai negosiasi dengan British Museum untuk mengembalikan 12 tabot," kata Teferi.

 

Tabot adalah replika Tabut Perjanjian yang disakralkan di Gereja Ortodoks Ethiopia, salah satu gereja tertua di dunia. Tabot juga diambil setelah Pertempuran Maqdala.

 

"Kami yakin kami akan berhasil membawa mereka kembali dan negosiasi akan berlanjut, dengan artefak lain di luar negeri," kata Teferi.

 

British Museum mengatakan pihaknya mengadakan diskusi dengan delegasi Ethiopia pada bulan September. "Museum memiliki hubungan lama dan bersahabat dengan Museum Nasional di Addis Ababa dan dengan Gereja Tewahedo Ortodoks Ethiopia di London dan di Ethiopia," catat British Museum.

 

 

Ethiopia telah terperosok dalam konflik selama lebih dari setahun. Pemerintah federal memerangi Front Pembebasan Rakyat Tigray. Artefak budaya diyakini telah rusak dalam pertempuran itu.

 

"Kalau tidak ada harta berarti tidak ada sejarah, kalau tidak ada sejarah berarti tidak ada bangsa," kata Teferi.

Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement