REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Amerika Serikat (AS) tidak akan menerapkan lockdown atau menutup perekonomian demi menekan penyebaran COVID-19. AS akan bergantung pada cara lain. Hal itu disampaikan oleh koordinator tanggapan COVID-19 Gedung Putih Jeff Zients pada Senin (22/11) waktu setempat.
"Kami tidak menuju ke arah penguncian. Kami memiliki cara-cara lain untuk mempercepat jalan keluar dari pandemi ini; vaksinasi yang tersedia secara luas, suntikan vaksin penguat, suntikan vaksin anak, pengobatan," kata Zients kepada wartawan pada kegiatan pengarahan Gedung Putih, dilansir dari reuters, Selasa (23/11).
"Kami dapat mengekang penyebaran virus dengan cara apa pun tanpa harus mematikan ekonomi kami," tambahnya.
Badan-badan regulator AS pada Jumat lalu memperluas kelayakan penggunaan suntikan vaksin penguat (booster) untuk kekebalan terhadap COVID-19 bagi semua orang dewasa. Sebanyak 3 juta warga AS telah mendapatkannya.
"Bahkan, tepat pada Jumat, Sabtu dan Minggu, kami telah memberikan 3 juta suntikan vaksin booster kepada warga. Satu juta suntikan booster per hari," tutur Zients.
"Jangan ditunda, dapatkan suntikan booster Anda sehingga Anda dapat meningkatkan perlindungan terhadap COVID saat kita memasuki musim dingin," lanjutnya.
Secara terpisah, juru bicara Gedung Putih Jen Psaki, mengatakan, para pejabat urusan kesehatan AS saat ini tidak merekomendasikan penguncian atau pembatasan kegiatan ekonomi untuk mengekang peningkatan kasus COVID-19. Rata-rata jumlah kasus COVID-19 dalam tujuh hari terakhir di Amerika Serikat naik 18 persen dari rata-rata jumlah kasus pada pekan lalu.
"Saat ini menjadi 92.800 per hari," kata Direktur Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS Rochelle Walensky.
Menurut Walensky, jumah rata-rata pasien rawat inap di AS naik 6 persen menjadi 5.600 per hari dan rata-rata kematian harian sekitar 1.000 orang per hari. Selain itu, dia menyebutkan bahwa sekitar 47 juta warga dewasa AS yang memenuhi syarat dan lebih dari 12 juta remaja AS masih belum sepenuhnya divaksin. Hingga Ahad, kasus COVID-19 telah menewaskan 776.188 orang di Amerika Serikat, menurut hitungan Reuters.