REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV – Menteri Pertahanan Israel Benny Gantz menuding Iran berupaya menyelundupkan bahan peledak ke Tepi Barat. Penyelundupan dilakukan dengan menggunakan pesawat nirawak (drone) yang diterbangkan dari Suriah.
Gantz mengungkapkan, pada Februari 2018 Iran sudah pernah meluncurkan drone Shahed 141 dari pangkalan udara T-4 di Suriah. Drone tersebut membawa TNT menuju Tepi Barat. Namun Israel berhasil menembak jatuh pesawat tersebut di kota Beit She’an.
“Iran bukan hanya ancaman bagi Israel, tapi bagi seluruh komunitas global. Karena itu, saatnya untuk bertindak sekarang,” kata Gantz saat berbicara di Konferensi Keamanan dan Kebijakan di Universitas Herzliya pada Selasa (23/11) dikutip laman Ynet News.
Gantz menekankan Iran pun tak boleh dibiarkan menjadi kekuatan nuklir. “Hal itu akan menyebabkan aktivitas terornya merajalela di seluruh kawasan dan bahkan memicu perlombaan senjata di Timur Tengah,” ujarnya.
Terkait ancaman drone Iran, Kepala Angkatan Udara Israel Mayor Jenderal Amikam Norkin mengusulkan dibangunnya kerja sama untuk menghadapi hal tersebut dengan mitra Arab. Misalnya dengan Uni Emirat Arab (UEA) dan Bahrain yang telah melakukan normalisasi diplomatik dengan Israel tahun lalu.
“Saya pikir ini adalah kesempatan besar untuk menjalin kontak dan membangun rencana pertahanan untuk semua negara yang memiliki kepentingan bersama melindungi diri mereka sendiri. Kami dapat membantu secara signifikan (melawan drone), baik dalam hal intelijen, deteksi, atau intersepsi,” kata Norkin.
Perdana Menteri Israel Naftali Bennett telah mengisyaratkan kesiapan negaranya meningkatkan konfrontasi dengan Iran. Dia menegaskan Israel tidak akan terikat dengan kesepakatan nuklir baru yang kini tengah dinegosiasikan Iran dan Amerika Serikat (AS).
Bennett mengungkapkan saat ini Iran sudah berada pada tahap paling maju dalam program nuklirnya. Meski sebelumnya pernah mengatakan akan terbuka pada kesepakatan nuklir baru dengan pembatasan lebih ketat terhadap Iran, Bennett menekankan kembali otonomi Israel untuk mengambil tindakan terhadap musuh bebuyutannya tersebut.
Mengenai potensi keberhasilan Iran dan AS memulihkan kesepakatan nuklir 2015 atau Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA), Bennett menekankan Israel bukan pihak dalam perjanjian tersebut. “Israel tidak diwajibkan oleh kesepakatan itu,” ujarnya dalam sebuah konferensi pada Selasa (23/11) dikutip laman Al Araby.