Instalasi Seni dan Teknologi Mikroalga Kurangi Emisi CO2
Rep: Wahyu Suryana/ Red: Yusuf Assidiq
Kampus UGM Yogyakarta. | Foto: Wahyu Suryana.
REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Pusat Unggulan Iptek Perguruan Tinggi Mikroalga Pusat Studi Energi (PSE) Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta membangun karya instalasi seni dan teknologi Algae TechnoArt. Karya berupa photo-bioreaktor mikroalga yang dirancang ini mampu mengurangi emisi CO2.
Dibangun berkat kerja sama dengan Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta dan PT Solusi bangun Indonesia (SBI). Mikroalga sendiri merupakan tanaman mikro yang dikembangkan tim UGM untuk pembuatan biosolar dan bioavtur bahan bakar pesawat.
Bidang pangan, kandungan nutrisi beragam mulai protein tinggi, omega3, senyawa antikanker, dan komponen aktif lain yang bisa jadi super food. Bidang pakan, sisa proses untuk energi dan pangan masih bisa dipakai untuk keperluan pakan ternak.
Direktur PUI-PT Mikroalga, Prof Arief Budiman mengatakan, rancangan photo-bioreactor yang dibangun memiliki nilai seni instalasi. Selain menghasilkan biomassa mikroalga, turut berfungsi untuk menyerap CO2 yang ada di udara. "Saat ini satu instalasi telah dipasang di salah satu anak perusahaan PT SBI di Jakarta," kata Arief.
Rektor ISI Yogyakarta, Prof Agus Burhan menuturkan, Algae TechnoArt yang mereka kembangkan ini tidak hanya bersifat seni kontemporer. Namun, mengandung muatan teknologi proses yang dapat menghasilkan beragam produk dengan beragam manfaat.
Ia merasa, ini karya pertama di Indonesia memadukan seni dan teknologi proses. Menurut Agus, Algae Techno Art mengandung makna untuk memberi semangat perlunya mengatasi isu-isu energi terbarukan, ketahanan pangan, dan pemanasan global. "Semuanya tersaji dalam balutan seni kontemporer," ujar Agus.
Direktur Manufacturing PT SBI, Ir Lilik Unggul Raharja menambahkan, mereka turut mendukung Paris Agreement mengurangi emisi CO2 di Indonesia. Salah satu langkah nyatanya dengan pemasangan Algae TechnoArt di salah satu anak perusahaan PT SBI.
"Rencana ke depan akan dipasang beberapa instalasi di beberapa lokasi. Satu instalasi ini dalam penyerapan CO2 setara dengan empat pohon akasia yang berumur empat tahun. Tentu ini cocok dipasang di tempat yang menjadi sumber emisi CO2," kata Lilik.