Rabu 24 Nov 2021 14:43 WIB

Skenario Militer Jepang-AS, Jika China Serang Taiwan

Keterlibatan Jepang ini bisa dengan memberikan dukungan logistik ke AS

Rep: Dwina Agustin/ Red: Teguh Firmansyah
Jepang memoles kekuatan militernya agar tangguh menghadapi ancaman di perairan. Ilustrasi.
Foto: Wu Hong/EPA
Jepang memoles kekuatan militernya agar tangguh menghadapi ancaman di perairan. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Sebuah laporan memperingatkan China agar tetap waspada terhadap kemungkinan Jepang yang akan melakukan intervensi militer jika terjadi serangan terhadap Taiwan. Jepang dan Amerika Serikat (AS) telah membahas skenario tersebut dan membuat rencana untuk mencegah China menggunakan kekuatan untuk mengambil pulau itu.

"Jepang tidak hanya mengeluarkan sinyal melalui tingkat resmi dan individu, tetapi juga mencoba melakukan tindakan tanggapan praktis melalui aliansi Jepang-AS atau sebagian bertindak sendiri di bawah kerangka hukum yang ada," demikian disebutkan dalam makalah yang diterbitkan pekan lalu di jurnal "Asia-Pacific Security and Maritime Affairs".

Baca Juga

Meskipun konstitusi Jepang menolak hak untuk berperang dan publik mungkin enggan untuk terlibat dalam konflik, surat kabar itu mengatakan, setidaknya ada tiga skenario yang tersedia. Salah satunya mencantumkan undang-undang keamanan nasional 2015 mengizinkan Pasukan Bela Diri Jepang untuk terlibat.

Keterlibatan Jepang ini bisa dengan memberikan dukungan logistik ke AS. Kemudian bisa menerapkan klausul pertahanan kolektif untuk bergabung dengan AS dalam mempertahankan pulau atau pangkalan AS di Jepang yang diserang.

Laporan yang ditulis oleh peneliti dari Chinese Academy of Social Sciences, Wu Huaizhong, mengatakan bahwa dalam beberapa tahun terakhir Pemerintah Jepang telah mengeraskan pendiriannya.

"Sulit untuk membayangkan bahwa dalam jangka pendek dan menengah di masa depan Jepang akan secara aktif berusaha untuk terlibat dalam perang bencana yang tak terkendali terlepas dari biayanya,” demikian isi artikel itu seperti dilansir abs-cbn mengutip dari South China Morning Post.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement