Rabu 24 Nov 2021 14:56 WIB

China ke Politikus Taiwan Ejek Sanksi: Anda akan Menyesal

China mengancam akan menjatuhkan sanksi lebih banyak ke politikus China.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Teguh Firmansyah
Hubungan Taiwan dan China kian memanas.
Foto: AP/Reuters/berbagai sumber
Hubungan Taiwan dan China kian memanas.

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- China bersiap menjatuhkan sanksi ke lebih banyak politisi Taiwan. Hal itu merespons adanya politisi Taiwan yang mengejek Beijing dengan menyebut mereka menyesal tak turut disanksi.

Juru bicara China’s Taiwan Affairs Office, Zhu Fenglian, mengatakan, China telah memperhatikan adanya beberapa “separatis” Taiwan yang cukup aktif akhir-akhir ini. “Bahkan ada yang mengaku menyesal tidak masuk dalam daftar (sanksi). Jangan khawatir, akan ada hari ketika mereka benar-benar menyesal,” ujar Zhu dalam pengarahan pers pada Rabu (24/11), dikutip laman BNN Bloomberg.

Baca Juga

Awal bulan ini, China menjatuhkan sanksi ke Perdana Menteri Taiwan Su Tseng-chang, Menteri Luar Negeri Taiwan Joseph Wu, dan Presiden Legislatif Yuan You Si-kun. Mereka dituding “mengipas-ngipasi” permusuhan di Selat Taiwan dan memfitnah Beijing. Sanksi terhadap mereka termasuk larangan bepergian ke China daratan.

Sehari setelah China menjatuhkan sanksi, Utusan Taiwan untuk Jerman Shieh Jhy-wey mengatakan, dia kecewa tak turut dikenai sanksi oleh Beijng. “Saya protes! Saya sangat memprotes rezim komunis China! Bagaimana Anda bisa tidak mencantumkan nama saya?” kata Shieh lewat unggahan di Facebook pribadinya.

Anggota parlemen Taiwan Wang Ting-yu turut membuat komentar serupa lewat saluran Youtube-nya. “Saya merasa marah karena saya tidak terdaftar (dalam sanksi). Ini hampir menghina,” ujarnya.

Sanksi China mungkin hanya berdampak kecil kepada para politisi Taiwan. Sebab mereka tidak mungkin melakukan perjalanan ke Cina daratan atau melakukan bisnis di sana. Namun Beijing harus memenuhi harapan publik di dalam negeri untuk mengambil tindakan keras terhadap upaya Presiden Taiwan Tsai Ing-wen memisahkan Taipei dari kekuasaan China daratan.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement