REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Bendahara Umum DPP Pro Jokowi (Projo) Panel Barus mengatakan, hingga saat ini pihaknya belum menentukan sikap terkait calon yang akan didukung di Pilpres 2024. Panel menyatakan, pihaknya bakal menunggu arahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) terkait calon jagoannya di Pilpres 2024.
Namun demikian, lanjut Panel, bukan berarti pihaknya tidak memiliki perhatian terhadap tokoh-tokoh yang dirasa layak didukung pada kontestasi Pilpres 2024. Panel pun mengaku ada beberapa tokoh yang masuk daftar pantau untuk didukung. Tidak terkecuali Puan Maharani dan Ganjar Prawono yang sering disebut-sebut sebagai kandidat kuat. Keduanya adalah kader PDIP.
Panel berpendapat, keduanya memang layak disebut sebagai kandidat kuat untuk menghiasi panggung kontestasi Pilpres 2024. Puan Maharani disebutnya sebagai paket komplit yang memiliki pengalaman berlimpah. Begitu pun Ganjar Pranowo yang disebutnya diminati masyarakat.
"Menurut saya komplit Mbak Puan itu. Kalau Pak Ganjar keren, marketable, laku, diminati," ujar Panel di Surabaya, Rabu (24/11).
Namun demikian, lanjut Panel, pihaknya belum menentukan dukungan akan berlabuh ke siapa. Apalagi, selain Puan dan Ganjar juga ada beberapa tokoh yang masuk sorotan. Di amtaranya Risma, Ridwan Kamil, Anies Baswedan, dan Khofifah. Namun, kata dia, untuk saat ini pihaknya hanya fokus mendukung pemerintahan Jokowi hingga 2024.
"Karena memang ini masih 2021, Pemilu presiden masih 28 Februari 2024. Jadi masih 3 tahun lagi. Masih terlalu pagi untuk bicara Pilpres. Kita fokus hari ini utk membantu Pak Jokowi," ujarnya.
Seperti diketahui, di internal PDIP terjadi perbedaan cukup tajam terkait calon yang akan diusung dalam kontestasi Pilpres 2024. Ganjar Pranowo saat ini menjadi kader PDIP dengan elektabilitas atau tingkat keterpilihan tertinggi. Namun, belum ada tanda-tanda Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri memberikan restu kepada gubernur Jawa Tengah itu.
Sebaliknya, upaya mengerek elektabilitas Puan Maharani terus dilakukan. Baliho-baliho bergambar wajahnya pun tersebar di berbagai pelosok negeri dengan jargon 'Kepak Sayap Kebhinnekaan'. Namun, nama Puan dalam survei capres selalu rendah elektabilitasnya. Bahkan, di beberapa survei namanya tidak muncul.