REPUBLIKA.CO.ID, - Dakwah Islam periode Makkah memang merupakan fase tersulit dan terberat bagi umat Islam.
Siksaan keras dan hinaan dari orang kafir yang menyakitkan kerap dialami kaum orang yang beriman pada masa dakwah Islam di Makkah.
Meski demikian, siksaan demi siksaan, intimidasi demi intimidasi, dan bahkan pembunuhan tak membuat orang-orang beriman menjadi lemah.
"Rumahnya Nabi Muhammad ﷺ dilempari batu, keluarga dan pengikut-pengikutnya diancam. Tetapi dengan semua itu malah ia makin tabah, makin gigih meneruskan dakwah," tulis Husen Haekal dalam bukunya Sejarah Muhammad.
Jiwa kaum mukmin yang mengikutinya itu sudah padat oleh ucapan Rasulullah ﷺ:
وَاللهِ لَوْ وَضَعُوْا الشَّمْسَ فِيْ يَمِيْنِيْ وَاْلقَمَرَ فِيْ يَسَارِيْ عَلَى أَنْ اَتْرُكَ هَذَا اْلأَمْرَحَتَّى يَظْهَرَهُ اللهُ أَوْ اَهْلَكَ فِيْهِ مَاتَرَكْتُهُ
"Demi Allah, kalaupun mereka meletakkan matahari di tangan kananku dan meletakkan bulan di tangan kiriku, dengan maksud supaya aku meninggalkan tugas ini, sungguh tidak akan kutinggalkan, biar nanti Allah yang akan membuktikan kemenangan itu, di tanganku atau aku binasa karenanya."
Segala pengorbanan yang besar-besar itu tak ada artinya bagi mereka, maut pun sudah tak berarti lagi demi kebenaran, dan membimbing Quraisy ke arah itu. Kadang orang heran, iman sudah begitu mempesonakan jiwa penduduk Makkah pada waktu agama ini belum lengkap, pada waktu ayat-ayat Alquran yang turun masih sedikit.
Kadang juga orang mengira, bahwa pribadi Nabi Muhammad ﷺ, sifatnya yang lemah-lembut, keindahan akhlaknya serta kejujurannya yang sudah cukup dikenal, di samping kemauan yang keras dan pendiriannya yang teguh, adalah sebab dari semua itu. "Sudah tentu ini juga ada pengaruhnya," katanya.
Akan tetapi ada sebab-sebab lain yang juga patut diperhatikan yang tidak sedikit pula ikut memegang peranan. Muhammad ﷺ tinggal dalam suatu daerah yang merdeka mirip-mirip sebuah republik dari segi keturunan, beliau menempati puncak yang tinggi. "Hartapun sudah cukup seperti yang dikehendakinya," katanya.