REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON – Departemen Pertahanan Amerika Serikat (AS) akan membentuk kelompok baru untuk menyelidiki laporan tentang keberadaan unidentified flying object (UFO) di wilayah udara terbatas.
Departemen Pertahanan AS, dalam pengumumannya pada Selasa (23/11) malam, mengungkapkan kelompok penyelidik UFO tersebut akan diberi nama Airborne Object Identification and Management Synchronization Group. Kelompok tersebut bakal berada di bawah pengawasan wakil menteri pertahanan untuk intelijen, direktur staf gabungan militer AS, dan pejabat dari Director of National Intelligence.
Kelompok tersebut akan menggantikan US Navy’s Unidentified Aerial Phenomena Task Force. Namun tugas mereka nyaris serupa yakni mendeteksi, mengidentifikasi, dan menghubungkan objek, menilai serta mengurangi ancaman terkait.
Wakil Menteri Pertahanan AS Kathleen Hicks mengatakan kehadiran fenomena udara tak dikenal di wilayah udara terbatas menimbulkan risiko keselamatan penerbangan bagi awak pesawat. Di sisi lain, hal itu meningkatkan potensi masalah keamanan nasional.
Pentagon telah secara resmi merilis tiga video pendek yang menunjukkan pesawat AS merekam UFO pada April. Kemudian pada Juni lalu, Komite Intelijen Senat memberikan suara agar Pentagon dan komunitas intelijen memberikan analisis publik tentang temuan pesawat asing tersebut.
"Kami memiliki benda-benda yang melayang di atas pangkalan militer kami dan tempat-tempat di mana kami melakukan latihan militer, dan kami tidak tahu apa itu dan itu bukan milik kami. Jadi itu pertanyaan yang sah untuk ditanyakan," ujar Senator Marco Rubio yang menjabat sebagai ketua Komite Intelijen Senat.
"Terus terang, jika itu adalah sesuatu dari luar planet ini, itu mungkin lebih baik daripada fakta bahwa kita telah melihat semacam lompatan teknologi atas nama China atau Rusia atau musuh lainnya," kata Rubio menambahkan.