REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Duta Besar Belanda Lambert Grijns mengungkapkan negaranya memiliki sejarah panjang bencana banjir karena faktor topografi negeri kincir angin yang berada di bawah permukaan laut. Ia berbagi tips kepada Pemerintah Indonesia soal bagaimana Belanda mengatasi banjir.
Lambert menyebutkan pentingnya perubahan pola pikir soal pengelolaan air dalam rangka penanggulangan banjir. Pandangannya tersebut antara lain mengenai paradigma pencegahan, pendekatan inovatif berbasis teknologi paling unggul, pendekatan intergratif yang holistik dan kolaborasi antar berbagai kepentingan.
"Pengelolaan air yang optimal sebagai upaya Belanda terhindar dari bencana hidrometeorologi basah," kata Lambert dalam keterangan pers yang diterima Republika.co.id, Rabu (24/11).
Terkait dengan paradigma pencegahan, Lambert menekankan hal tersebut terkait bencana besar yang pernah melanda Belanda pada 1953. Lambert menyebut bencana itu menjadi pembelajaran amat berarti bagi Belanda.
"Bencana ini sebagai wake-up call bagi kami sehingga potensi bahaya ke depan dapat dicegah,” ucap pria yang memiliki latar pendidikan bidang pengelolaan air itu.
Lambert menjelaskan upaya pencegahan kemudian diwujudkan dengan proyek raksasa sebagai langkah perlindungan banjir terbesar di dunia. Proyek tersebut didukung dengan pemanfaatan teknologi inovatif, yaitu Delta Works, yang dibangun sejak 1954.
"Delta works ini merupakan serangkaian proyek mega konstruksi yang dibangun untuk melindungi kawasan di sisi barat daya negeri itu dari bahaya banjir atau pun air pasang laut," ucap Lambert.
Lambert juga menyampaikan pentingnya kerjasama semua pihak dalam pengelolaan air maupun penanggulangan banjir, seperti dari pemerintah pusat, daerah dan swasta hingga masyarakat. Selanjutnya, Lambert menyampaikan perlunya mengetahui sumber utama terjadinya banjir di suatu wilayah.
"Kalau sudah tahu kemudian bisa dimodelkan dan mengkomunikasikan potensi bahaya kepada pihak terkait," tutur Lambert.