REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Panglima TNI Jenderal Andika Perkasa rencananya akan mengunjungi Papua dalam waktu dekat ini. Menurut eks Ketua Pansus Otonomi Khusus (Otsus) Papua, Komaruddin Watubun, Andika perlu menggunakan menggunakan metode baru dalam kunjungannya tersebut.
"Jangan pakai metode lama. (Metode) lama itu kan dari dulu bertemu ya dengan orang-orang, tokoh-tokoh, tapi pergerakan perlawanan kan jalan terus. Berarti bukan (bertemu) orang yang tepat kan gitu," kata Komaruddin saat dihubungi Republika, Rabu (24/11).
Komaruddin mengatakan, selama ini, pertemuan yang dilakukan selalu melibatkan tokoh-tokoh yang dinilai memiliki pengaruh di Papua. Namun, ia menyebut, setelah pertemuan itu ternyata tidak banyak hal yang berubah dalam proses penanganan konflik di daerah tersebut. Sebab, menurut dia, ada beberapa usulan dari warga Papua yang juga perlu ditindaklanjuti.
"Jadi selama ini ya biasa ketemu tokoh agama, tokoh masyarakat, pimpinan forum umat beragama, tapi ada usulan-usulan yang memang juga harus ditindaklanjuti kan. Kalau pertemuan, tapi usulan-usulan dari masyarakat sana tidak ditindaklanjuti juga itu menjadi masalah," ujar dia.
Anggota Komisi II DPR ini pun menilai, agar dalam kunjungannya nanti, Panglima TNI dapat bertemu dengan tokoh-tokoh setempat yang cukup vokal dalam menangani permasalahan di Papua. Meski demikian, Komaruddin enggan menjelaskan secara rinci tokoh atau pihak mana saja yang ia maksud.
"Saya tidak bisa memberi contoh ya orang-orangnya. Saya kira kita punya badan intelejen, BAIS (Badan Intelejen Strategis), yang cukup memantau tokoh-tokoh di Papua yang layak untuk diajak bicara," ucap Komaruddin.
"Sedapat mungkin cari tokoh-tokoh yang memang vokal, yang juga punya pengaruh terhadap kelompok pergerakan," imbuhnya.
Ia menilai, metode pendekatan terhadap tokoh-tokoh yang ditemui pun harus diubah. Sehingga Panglima TNI dapat berdialog dengan tokoh maupun masyarakat yang memiliki pengaruh untuk menjembatani pendapat dari kedua belah pihak yang berkonflik.
"Iya, pengaruh untuk bisa menjembatani perbedaan kan, ya berarti pengaruh juga ke teman-teman yang bergerak di hutan, teman-teman yang beda pendapat, yang semacam itu," tutur dia.
Selain itu, lanjutnya, perlu adanya pemetaan yang jelas dari pemerintah pusat mengenai penyelesaian konflik di Papua secara menyeluruh. Sehingga upaya penanganan yang dilakukan secara damai dapat segera terwujud. Apalagi, kata dia, hingga kini kontak senjata antara aparat keamanan dan Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) di Papua terus terjadi.
"Jadi kunjungan Pak Panglima, saya kira bukan cepat, memang tepat sesuai dengan kebutuhan ya, dengan kondisi yang kita hadapi saat ini," katanya.
"Harapan saya sebagai wakil dari Papua, Pak Panglima mungkin pendekatannya kali ini lebih baik daripada pemimpin sebelumnya dan dipastikan untuk kondisi perdamaian di Papua itu segera terwujud," tambah Komaruddin.
Dia juga berharap agar Andika Perkasa dapat mewujudkan penyelesaian konflik Papua secara damai dan humanis. Sebab, Komaruddin merasa sedih dan prihatin atas banyaknya korban jiwa, baik dari pihak TNI-Polri, KKB, maupun masyarakat sipil yang berjatuhan akibat konflik di sana.
"Ya, perdamaian, lebih humanis, lebih menunjukkan bahwa kita ini saudara. Kalau ada perbedaan, ya mari kita selesaikan secara kekeluargaan. Istilah saya, hukum tertinggi dalam demokrasi Negara Pancasila itu kekeluargaan. Kalau menambah pasukan berarti kan pendekatan kekeluargaan semakin jauh," jelas legislator Dapil Papua itu.