REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anak usaha Holding BUMN Perasuransian dan Penjaminan, Indonesia Financial Group (IFG) Life, memiliki sejumlah strategi dalam pengembangan bisnis ke depan.
Direktur Operasional dan TI IFG Life Yusman Dedy Kusuma mengatakan IFG Life menghadirkan model bisnis asuransi dengan produk yang berorientasi pada proteksi.
"Asuransi jiwa itu kita proteksi kerugian akibat jiwa, meninggal atau kesehatan. Makanya kami ingin IFG Life itu kembali ke khittah bahwa asuransi itu bukan invetasi tapi proteksi," ujar Yusman saat peresmian customer center IFG Life di Gedung Graha Niaga, Jakarta, Rabu (24/11).
Kendati begitu, ucap Yusman, IFG Life juga memiliki unit link namun tetap berorientasi proteksi, bukan berorientasi kepada investasi. Tak hanya unit link, lanjut Yusman, IFG Life juga coba memasuki pasar bancassurance yang mana ditandai dengan kerja sama kanal distribusi dengan BTN pada dua pekan lalu.
Yusman menyampaikan, kerja sama dengan BTN merupakan langkah antisipatif meningkatnya permintaan asuransi ritel di masa yang akan datang. Yusman memprediksi kelas menengah ke atas Indonesia akan terus bertambah hingga 2030.
"Jadi kalau kita tidak ke ritel, kita akan ketinggalan," ucap Yusman.
Kendati begitu, Yusman menyebut segmen korporasi masih menjadi basis utama IFG Life lantaran memiliki pasar besar pada sektor BUMN. "BUMN tidak ada salahnya kalau saling bersinergi, kami bisa menawarkan proteksi yang bisa menjadi solusi bagi nasabah BTN," lanjut Yusman.
Direktur Utama IFG Life Harjanto Tanuwidjaja mengatakan, kerja sama dengan BTN menjadi langkah awal IFG Life dalam menggarap pasar ritel. Harjanto menilai tidak menutup kemungkinan bagi IFG Life untuk menggandeng bank lain dalam memasarkan produk asuransi.
"Kita mau buat success story dengan BTN dulu, kalau berhasil pasti bank lain akan melirik kita juga," ujar Harjanto.
Harjanto optimistis IFG Life memiliki prospektif cerah dalam menghadapi industri asuransi Tanah Air. Harjanto menyampaikan ratusan agen Jiwasraya yang telah bergabung dengan IFG Life telah mampu menjual hampir seribu polis asuransi hanya dalam waktu sekitar dua bulan.
"Itu menunjukan kita sudah siap jualan dan sudah berhasil. Kepercayaan nasabah tetap ada, brandnya sudah cukup bagus," kata Harjanto.