REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil mempersilakan namanya dipakai masyarakat untuk merek produk usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Hal ini sebagai bentuk dukungannya dalam menggerakkan ekonomi kerakyatan.
"Kalau menganggap nama saya bisa meningkatkan bisnis UMKM, silakan dipakai," ujar Ridwan Kamil, yang akrab disapa Emil, Rabu (24/11).
Menurutnya, tidak ada royalti yang harus dibayarkan. Namun, ia hanya memberi dua syarat bagi UMKM yang akan menggunakan namanya. Pertama, harus memberitahu dirinya dulu. Kedua, bisnisnya harus yang sesuai dengan etika syariah.
"Syaratnya cuma dua karena nama saya mau dipakai, yaitu laporan dulu dan bisnisnya harus yang sesuai etika syariah. Jangan namanya untuk karaoke plus Ridwan Kamil," katanya.
Emil mengatakan, sejauh ini sudah ada 25 UMKM yang melapor menggunakan namanya. Beberapa contoh UMKM yang menggunakan namanya seperti Keripik Pedas Kang Emil, Toko Galon Ridwan Kamil, Tukang Cukur Kang Emil Bandung Juara, Sate Tusuk Ridwan Kamil, Cimol Kang Emil.
"Saya catat sudah ada 25 UMKM yang pakai nama saya," kata Emil.
Tak hanya itu, Emil juga membantu memasarkan produk UMKM lewat media sosialnya yang memiliki belasan juta pengikut. Bahkan ia pun turut mendesain produk UMKM, seperti sepatu, celana jeans, helm, jaket, dan produk lainnya secara gratis. "Saya juga jadi marketing-nya, saya posting di Instagram yang followers-nya 14 juta, dan bantu juga untuk desain produknya," katanya.
Dukungan konkret lainnya, yaitu dari sisi anggaran, di mana Pemprov Jabar memberikan bantuan anggaran untuk UMKM lewat program "One Pesantren One Product" (OPOP). "Sudah hampir 2.000 pesantren sekarang punya usaha," kata Emil.
Saat ini, sekitar 2,6 juta UMKM Jabar terkoneksi digital. Jumlah ini adalah yang terbanyak se-Indonesia. Hari ini Bank Indonesia pun memberikan penghargaan untuk Jabar sebagai daerah terbaik ekonomi digitalnya.
"UMKM terbanyak di Indonesia ada di Jabar 2,6 juta dalam setahun terdaftar. Artinya emak-emak di kampung pun suatu hari jualan tidak cash, tapi pakai QR Code," kata Emil.
Ekonomi Jabar, kata dia, bukan ekonomi konglomerat melainkan ekonomi UMKM yang persentasenya mencapai 90 persen. "Makanya setiap kegiatan UMKM saya selalu dukung lahir batin buat karena menggerakan ekonomi kerakyatan," katanya.