REPUBLIKA.CO.ID, STOCKHOLM -- Perdana Menteri wanita pertama Swedia Magdalena Andersson, mengundurkan diri pada Rabu (24/11), kurang dari 12 jam setelah terpilih. Andersson dari Partai Sosial Demokrat menduduki jabatan puncak setelah Partai Hijau keluar dari koalisi dua partai mereka sehingga memicu ketidakpastian politik.
Andersson mengatakan kepada ketua parlemen bahwa, dia berharap untuk diangkat sebagai perdana menteri lagi sebagai kepala pemerintahan satu partai. Prospek itu dapat terjadi cukup kuat dengan dukungan dari partai lain. "Saya telah meminta kepada ketua parlemen untuk membebaskan saya dari tugas sebagai perdana menteri. Saya siap menjadi perdana menteri dalam satu partai, yaitu pemerintahan Sosial Demokrat," ujar Andersson.
Partai Hijau sebelumnya mundur setelah parlemen menolak RUU anggaran koalisi.
Partai Hijau dan Partai Kiri menyatakan siap mendukung Andersson dalam setiap pemungutan suara baru di parlemen.
Sementara Partai Tengah berjanji untuk abstain, namun dalam paraktiknya mereka juga memberikan dukungan yang sama. Meskipun partai-partai ini memiliki perbedaan dalam menyepakati anggaran, mereka bersatu untuk menjaga agar Partai Demokrat Swedia, yaitu partai populis dan anti-imigran, tidak memiliki peran dalam pemerintahan.
"Partai Tengah akan membuka pintu baginya (Andersson) untuk menjadi perdana menteri. Kami akan memastikan sekali lagi, bahwa Swedia dapat memiliki pemerintahan yang tidak bergantung pada Demokrat Swedia," kata Pmimpin Partai Tengah, Annie Loof.
Andersson mengambil alih sebagai perdana menteri dari Stefan Lofven, yang merupakan kepala koalisi dua partai minoritas yang didukung oleh partai Kiri dan Tengah. Tetapi aliansi itu runtuh ketika Partai Tengah menolak untuk mendukung RUU keuangan pemerintah yang baru.
Parlemen kemudian meloloskan rencana anggaran pada Rabu yang disusun oleh tiga partai oposisi. Hal ini mendorong Partai Hijau keluar dari koalisi dan membuat Andersson tidak punya pilihan selain mengundurkan diri.
Ketua parlemen akan memutuskan langkah selanjutnya untuk menetapkan pemerintahan baru. Tetapi, parlemen kemungkinan besar akan mengajukan Andersson untuk pemungutan suara baru dalam beberapa hari mendatang.
“Kami mengharapkan partai Kiri, Hijau dan Tengah untuk abstain dalam pemungutan suara mendatang dan karena itu secara efektif menyetujui Andersson sebagai Perdana Menteri lagi. Dengan kata lain, kekacauan politik dapat berakhir selama tidak ada lagi munculnya hal yang tidak terduga," ujar kelompok perbankan Nordea dalam sebuah catatan.