Harapan Ketum Muhammadiyah di Momen Hari Guru
Rep: Rizky Suryarandika/ Red: Bayu Hermawan
Ketua Umum PP Muhammadiyah, Prof Haedar Nashir. | Foto: Dokumen.
REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Haedar Nashir, mengatakan peringatan Hari Guru pada Kamis (25/11) sebagai peneguhan komitmen seluruh guru Indonesia untuk terus mendidik siswa. Ia menyinggung tantangan mengajar saat pandemi Covid-19.
Prof Haedar menyampaikan dunia pendidikan sebagaimana aktivitas lainnya terdampak pandemi Covid-19. Kondisi itu menyebabkan stagnasi aktivitas pendidikan.
"Pembelajaran daring pun banyak rintangan, tak semudah yang dibayangkan. Birokrasi dan otoritas penyelenggara pendidikan seakan gagap mengatasi keadaan. Meski perlahan ada langkah-langkah perbaikan," kata Haedar dalam keterangan resmi yang diterima pada Kamis (25/11).
Haedar mengingatkan guru merupakan bagian penting dari aktor pemajuan dunia pendidikan Indonesia. Guru menjadi penentu nasib pendidikan Indonesia hari ini dan ke depan. Walau pun guru hanya bagian dari keseluruhan sistem yang tidak dapat bekerja sendirian.
"Dari dunia guru yang maju lahir pendidikan Indonesia berkemajuan. Sebaliknya, dari kondisi guru yang serba terbatas, sukarlah urusan memajukan pendidikan Indonesia. Kami percaya para guru di seluruh penjuru negeri memiliki komitmen dan pengkhidmatan tinggi untuk memajukan pendidikan Indonesia," ujar Haedar.
Prof Haedar mengakui dunia pendidikan Indonesia kompleks dengan segala masalah dan tantangan. Ia juga menyadari kondisi pendidikan dan situasi anak didik Indonesia tidak dapat digeneralisasi antara di pelosok dengan di kota besar.
"Masih banyak lembaga pendidikan di pelosok-pelosok terjauh mengalami kesulitan hanya untuk bertahan hidup, dari sarana prasarana, guru, dan dana yang serba terbatas sampai kondisi anak didik dengan latar sosiologis yang kompleks," kata Haedar.
Haedar berharap Pemerintah mengeluarkan terobosan guna menjawab tantangan dunia pendidikan di Tanah Air. Bila tidak ada inovasi, ia khawatir beratnya masalah dan tantangan dunia pendidikan ke depannya.
"Fokusnya mesti tertuju pada masalah dalam memajukan pendidikan Indonesia agar makin berkualitas secara merata sebagai agenda yang tidak ringan. Apalagi ditambah dengan urusan-urusan lain yang dibebankan pada dunia pendidikan seperti soal radikalisme, intoleransi, kekerasan, dan lain-lain yang mesti seksama dalam memecahkannya," tegas Haedar.
Selain itu, Prof Haedar menyinggung agenda membangun basis nilai, yakni bagaimana membangun pendidikan Indonesia yang unggul dan maju dengan berlandaskan Pancasila, nilai-nilai Agama, dan kebudayaan luhur Indonesia. Ia berharap membangun dunia pendidikan nasional yang berkepribadian Indonesia.
"Sudah terpecahkankah masalah-masalah utama dunia pendidikan Indonesia yang kompleks itu? Harapannya tentu selalu terbuka untuk optimis, dengan syarat semua pihak benar-benar serius, fokus, paham, bersinergi, serta memiliki komitmen dan political-will yang tinggi," ucap Haedar.