REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir optimistis perekonomian Indonesia bakal segera bangkit dan terus tumbuh, meski tertekan akibat berlangsungnya pandemi Covid-19 selama hampir dua tahun. Menurut Erick, optimismenya bertumpu pada tiga bekal besar yang dimiliki Indonesia, termasuk melaksanakan hilirisasi sumber daya alam agar bisa dimanfaatkan untuk pertumbuhan ekonomi Indonesia dan dinikmati masyarakat Indonesia.
"Indonesia memiliki tiga bekal yang cukup baik yaitu fundamental perekonomian nasional yang kuat, sumber daya alam yang berlimpah dan juga market (pasar) yang besar mencapai 273,5 juta jiwa. Jadi jangan takut, hingga 2045 perekonomian Indonesia akan terus tumbuh," ujar Erick saat menjadi narasumber pada acara silahturahmi dan dialog bertajuk "Menatap Masa Depan Ekonomi Indonesia" di Pekanbaru, Riau, Kamis (25/22) malam.
Namun, sambung Erick, kebangkitan dan pertumbuhan ekonomi itu harus dibarengi dengan syarat sumber daya alam yang ada tidak dieksploitasi untuk negara luar, tetapi hanya keperluan masyarakat Indonesia sendiri.
"Kita harus menggunakan sumber daya alam Indonesia untuk membangkitkan perekonomian Indonesia bukan negara lain, market Indonesia menjadi market Indonesia bukan negara lain," ujarnya.
Untuk itu, Erick menilai, dibutuhkan kemauan besar dari pemerintah dan masyarakat harus bisa bertransformasi dan berinovasi dalam menghadapi globalisasi dan disrupsi digitalisasi teknologi saat ini. Globalisasi menjadi hal yang perlu dijaga, disertai sistem negosiasi yang baik untuk mengantisipasi hilangnya market.
"Kita yakin perekonomian Indonesia bisa bangkit di tahun depan. Bahkan, keyakinannya itu bukan sekedar bangkit, namun juga mengarah pada kondisi yang normal," katanya.
Erick yang juga Ketua Pelaksana Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN), menyebutkan bahwa semua modal yang dimiliki ini harus dimanfaatkan melalui teknologi termasuk dalam ekonomi digital. Selain itu, menurutnya, setiap negara harus memiliki strategi sendiri dalam menghadapi ekonomi.
"Untuk itu kita harus optimistis, market (SDM) bagus, SDA bagus, pertumbuhan bagus, pemerintah melakukan proteksi terhadap BUMN kita, dan sebaliknya juga BUMN memproteksi market nasional," ungkapnya.
Kemudian, globalisasi dan digitalisasi ini juga harus diantisipasi oleh strategi, kreativitas dan inovasi setiap pemerintah daerah dengan karakternya masing-masing.
"Masing-masing daerah harus memiliki strategi cerdas, kreatif dan inovatif dalam menyusun road map tersendiri, karena kekuatan dan karakter masing-masing daerah berbeda-beda," sambungnya.
Baca juga : Isu Penjualan Aset AP II, Ini Kata Kementerian BUMN
Erick pun mencontohkan Riau, meskipun dirinya mengaku tidak terlalu paham soal sawit namun dia yakin bahwa Riau akan memiliki komoditas mayoritas sawit jika pemerintah memberlakukan B30. Bahkan jika pasar global sawit kolaps hasilnya masih bisa dipakai sendiri.
"Bahkan Riau bisa menjadi pusat pertumbuhan ekonomi di Sumatera, karena memiliki potensi sumber daya alam yang cukup mumpuni, seperti minyak bumi, batubara, minyak sawit, perikanan dan lainnya. Jadi ketika sumber daya alam yang berlimpah termanfaatkan untuk pertumbuhan ekonomi, saya yakin Riau akan menjadi lokomotif pertumbuhan ekonomi di kawasan Sumatera," kata Erick.