Digitalisasi Transaksi Pasar Tradisional Solo Raih MURI
Rep: Binti Sholikah/ Red: Yusuf Assidiq
Perwakilan MURI menyerahkan piagam penghargaan rekor digitalisasi transaksi pasar tradisional kepada Pemerintah Kota Solo dan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk di Balai Kota Solo, Jumat (26/11). | Foto: Pemkot Solo
REPUBLIKA.CO.ID, SOLO -- Program digitalisasi transaksi pasar tradisional yang dilakukan Pemerintah Kota (Pemkot) Solo, Jawa Tengah, bersama PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk terhadap ribuan pedagang Pasar Klewer berhasil meraih penghargaan Museum Rekor Dunia-Indonesia (MURI).
Piagam penghargaan diserahkan perwakilan MURI, Ari Andriani, kepada Wali Kota Solo, Gibran Rakabuming Raka, dan Direktur Layanan dan Jaringan BNI Ronny Venir, di sela-sela penandatangan nota kesepahaman (MoU) pengembangan smart city di Pendapi Gede Balai Kota Solo, Jumat (26/11).
Rekor tersebut berupa penyelenggaraan digitalisasi transaksi pasar tradisional kepada pedagang pasar tradisional terbanyak di Indonesia. Dalam program digitalisasi tersebut, BNI memasang sebanyak 1.046 Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS).
"Mewakili Ketua Umum MURI, kami sampaikan bahwa digitalisasi transaksi pasar tradisional kepada pedagang terbanyak sebanyak 1.046 pedagang resmi tercatat di Museum Rekor Dunia-Indonesia. Dan sebagai bukti tercatatnya prestasi ini maka kami akan menganugerahkan piagam penghargaan kepada Wali Kota Solo Bapak Gibran Rakabuming Raka dan Direktur Layanan dan Jaringan BNI Bapak Ronny Venir," kata Ari Andriani.
Menurut data Pemkot Solo, saat ini sudah ada 15 pasar dari total 44 pasar tradisional di Solo telah menerapkan sistem transaksi digital. Wali Kota Solo, Gibran Rakabuming Raka, menyatakan senang dengan prestasi tersebut.
Ditegaskan, pemkot memang mendorong transaksi antara penjual dan pembeli di pasar tradisional dilakukan secara nontunai. "Tanggapannya ya senang. Kalau support dari BNI yang jelas pasar-pasar tradisional kita pedagang-pedagangnya dan pembelinya kita dorong untuk melakukan transaksi secara nontunai," ujarnya.
Gibran menyatakan, semua pasar di Solo ditargetkan untuk melakukan transaksi secara digital. Dia menilai, tantangan yang dihadapi terkait edukasi, lantaran para penjual dan pembeli belum terbiasa melakukan transaksi nontunai.
"Targetnya semua pasar. Ini kan tantangannya di masalah edukasi pedagang dan pembeli. Ya butuh waktu, tapi kita sudah arahnya ke sana," imbuhnya.