Jumat 26 Nov 2021 17:31 WIB

Varian Baru Afsel Jadi Kekhawatiran Dunia, Pemerintah Siaga

Ilmuwan Afrika Selatan pada Kamis (25/11) telah mendeteksi varian baru Covid-19.

Rep: Rizky Jaramaya, Fauziah Mursid, Rizky Suryarandika/ Red: Mas Alamil Huda
Petugas memeriksa surat keterangan tes Covid-19 ke calon penumpang pesawat terbang. Ilmuwan Afrika Selatan pada Kamis (25/11) telah mendeteksi varian baru Covid-19. Pemerintah Indonesia bersiap untuk memperketat pintu kedatangan luar negeri.
Foto: REPUBLIKA/ABDAN SYAKURA
Petugas memeriksa surat keterangan tes Covid-19 ke calon penumpang pesawat terbang. Ilmuwan Afrika Selatan pada Kamis (25/11) telah mendeteksi varian baru Covid-19. Pemerintah Indonesia bersiap untuk memperketat pintu kedatangan luar negeri.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ilmuwan Afrika Selatan pada Kamis (25/11) telah mendeteksi varian baru Covid-19 dalam jumlah kecil. Varian yang disebut B.1.1.529 memiliki konstelasi yang sangat tidak biasa, dan memprihatinkan karena dapat membantu menghindari respons imun tubuh sehingga lebih menular.

Tanda-tanda awal dari laboratorium diagnostik menunjukkan, varian tersebut telah meningkat pesat di Provinsi Gauteng yang paling padat penduduknya. Kemungkinan varian baru itu sudah menyebar di delapan provinsi lainnya di Afrika Selatan. Sementara para ilmuwan percaya bahwa sebanyak 90 persen kasus baru di Gauteng merupakan varian baru B.1.1.529.

Baca Juga

Institut Nasional untuk Penyakit Menular (NICD) melaporkan 2.465 kasus baru Covid-19. NICD tidak mengaitkan infeksi baru Covid-19 dengan varian baru. Namun, beberapa ilmuwan lokal terkemuka menduga varian baru menjadi penyebab kenaikan kasus di Afrika Selatan.

Afrika Selatan telah mengonfirmasi sekitar 100 spesimen sebagai varian B.1.1.529. Varian ini juga telah ditemukan di Botswana dan Hong Kong. Kasus di Hong Kong berasal dari seorang pelancong Afrika Selatan. 

"Meskipun datanya terbatas, para ahli kami bekerja lembur dengan semua sistem pengawasan yang ada untuk memahami varian baru dan apa implikasi potensialnya," kata NICD dalam sebuah pernyataan seperti dilansir Reuters.

Afrika Selatan telah meminta pertemuan mendesak dari kelompok kerja Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tentang evolusi virus pada Jumat (26/11) untuk membahas varian baru. Menteri Kesehatan Afrika Selatan Joe Phaahla mengatakan, masih terlalu dini untuk memberlakukan pembatasan yang lebih ketat sebagai tanggapan terhadap varian baru tersebut.

Tahun lalu, Afrika Selatan adalah negara pertama yang mendeteksi varian Beta. Beta adalah satu dari empat varian yang masuk dalam daftar pengawasan khusus oleh WHO. Karena ada bukti bahwa, varian Beta lebih menular dan efektivitas vaksin tidak dapat melawan varian tersebut.

Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito mengungkap strategi mencegah masuknya varian baru Covid-19 ke Tanah Air, termasuk varian B.1.1.529 dari Afrika Selatan. Wiku mengatakan, aturan pelaku perjalanan internasional yang berlaku saat ini sudah mempertimbangan pencegahan masuknya varian baru Covid-19 dari negara lain.

"Pemerintah mengatur pelaku perjalanan internasional dengan mensyaratkan test PCR 3x24 jam sebelum keberangkatan, entry-exit PCR test, karantina tiga atau lima hari sesuai status vaksinasinya. Yang positif dicek variannya melalui whole genome sequencing (WGS). Itu akan mencegah imported new variant," kata Wiku saat dikonfirmasi, Jumat (26/11).

Wiku mengatakan, varian baru dari Afrika Selatan yakni Varian Nu dengan lineage B.1.1.529 saat ini masih menjadi Variants Under Monitoring atau varian yang masih dalam pemantauan menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) per update 24 November 2021. Namun demikian, antisipasi tetap perlu dilakukan agar varian yang masih dalam pemantauan ini kemudian bisa menyebar seperti varian-varian yang beredar sebelumnya.

Karena itu, ia mengimbau masyarakat menerapkan protokol kesehatan demi mencegah penularan Covid-19 beserta varian-varian lainnya. "Semua varian virus kalau dibiarkan menular. Karena masyarakat tidak disiplin protokol kesehatan, punya potensi menjadi lebih virulen atau sebaliknya. Jadi jaga prokes," ujar Wiku.

Sementara beberapa negara telah mengantisipasi varian ini, contohnya Inggris dengan memberlakukan pembatasan perjalanan ke Afrika Selatan dan lima negara di sekitarnya. "Yang kami tahu adalah ada mutasi, yang mungkin dua kali lipat jumlah mutasi yang kami lihat pada varian Delta. Dan itu menunjukkan bahwa, (varian) itu mungkin lebih mudah menular dan vaksin yang saat ini kita miliki mungkin kurang efektif," kata Menteri Kesehatan Inggris, Sajid Javid.

Guru Besar FKUI Tjandra Yoga Aditama menganalisa varian baru Covid-19 yaitu B.1.1.529. Tjandra menyampaikan, varian B.1.1.529 diketahui punya banyak mutasi. Bahkan ada yang menyebutkan 30 mutasi atau lebih. Bila benar demikian, maka menurutnya, varian B.1.1.529 lebih banyak dari varian Delta.

"Makin banyak mutasi yang ada tentu akan makin mengkhawatirkan tentang kemungkinan dampaknya. Mengkhawatirkan artinya harus waspada dan diteliti mendalam secara ilmiah, belum tentu juga akan lebih berbahaya, tergantung dari analisa ilmiah beberapa waktu ke depan," kata Tjandra.

Tjandra mengatakan, biasanya perlu waktu beberapa pekan barulah semua informasi terkait varian Covid-19 bisa lebih jelas. Sebab, sejauh ini varian B.1.1.529 baru diduga akan berdampak terhadap penularan.

"Belum terlalu jelas apakah akan ada dampak pada empat hal lain, yaitu beratnya penyakit, diagnosis dengan PCR dan antigen, infeksi ulang dan vaksin," ujar Tjandra.

Untuk saat ini, Tjandra memantau beberapa negara sudah membatasi penerbangan dari negara terjangkit, dan atau memperketat karantina. WHO dikabarkan akan rapat untuk menentukan apakah varian Botswana akan masuk kelompok Variant Under Investigation (VUI) , atau akan masuk Variant of Interest (VOI) atau Variant of Concern (VOC).

"Kalau nanti diputuskan jadi VOI atau VOC maka tentu akan dapat nama khusus, ada yang memperkirakan (belum pasti) mungkin akan diberi nama Nu, kalau memang jadi VOI atau VOC, kalau VUI maka belum diberi nama khusus," ucap Tjandra.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement