Sabtu 27 Nov 2021 02:14 WIB

Tragedi Migran Tenggelam Perdalam Permusuhan Inggris-Prancis

Tragedi migran tenggelam di Selat Inggris buat Inggris dan Prancis saling menyalahkan

Rep: Puti Almas/ Red: Christiyaningsih
Sekelompok orang yang diduga migran dibawa ke Dover, Inggris oleh RNLI, menyusul insiden perahu kecil di Selat Inggris, Kamis 25 November 2021. Pada Rabu, sekitar 30 migran tujuan Inggris tewas saat perahu mereka tenggelam. Tragedi migran tenggelam di Selat Inggris buat Inggris dan Prancis saling menyalahkan.
Foto: Gareth Fuller/PA via AP
Sekelompok orang yang diduga migran dibawa ke Dover, Inggris oleh RNLI, menyusul insiden perahu kecil di Selat Inggris, Kamis 25 November 2021. Pada Rabu, sekitar 30 migran tujuan Inggris tewas saat perahu mereka tenggelam. Tragedi migran tenggelam di Selat Inggris buat Inggris dan Prancis saling menyalahkan.

REPUBLIKA.CO.ID, DUNKIRK — Pemerintah Prancis berjanji untuk meningkatkan pengawasan di wilayah pantai utara negara itu. Di sana, terdapat banyak migran yang berada di kamp-kamp darurat, menunggu kesempatan untuk menyeberangi perairan menuju Inggris.

Dilaporkan insiden penyebrangan yang tragis terjadi pada Rabu (25/11), dengan sebanyak 17 pria, tujuh perempuan, dan tiga remaja tewas karena kapal yang terbalik. Biasanya, para migran melakukan perjalanan dengan perahu kecil dengan kelebihan muatan.

Baca Juga

Para migran yang berada di wilayah pantai utara Prancis banyak berasal dari Afghanistan, Irak, dan sejumlah negara yang dilanda perang dan kemiskinan. Akibat insiden tenggelamnya migran yang tragis itu, permusuhan antara Inggris dan Prancis semakin mendalam, kedua negara saling menyalahkan atas tragedi.

Perdana Menteri Inggris Boris Johnson menyalahkan Prancis atas krisis migran yang terjadi di negara itu. Namun, Menteri Dalam Negeri Prancis Gerald Darmanin menuduh Inggris sebenarnya melakukan manajemen imigrasi yang buruk.

Presiden Prancis Emmanuel Macron mengatakan negaranya hanya menjadi tempat transit bagi banyak migran. Ia menekankan lebih banyak kerja sama antara negara di Eropa yang  diperlukan untuk mengatasi imigrasi ilegal. "Saya akan mengatakan dengan sangat jelas pasukan keamanan kami dimobilisasi siang dan malam," ujar Macron dalam sebuah pernyataan selama kunjungan ke Ibu Kota Kroasia, Zagreb.

Macron mengatakan mobilisasi maksimum pasukan Prancis, dengan pasukan cadangan dan pesawat tak berawak atau drone mengawasi pantai. "Namun di atas semua itu, kita perlu secara serius memperkuat kerja sama dengan Belgia, Belanda, Inggris, dan Komisi Eropa,” jelas Macron.

Johnson kemudian menawarkan untuk bertemu Macron dan para pemimpin Eropa lainnya untuk membahas lima langkah yang dikatakan dapat mengurangi penyeberangan migran. Di antaranya adalah termasuk patroli bersama untuk mencegah lebih banyak kapal meninggalkan pantai Prancis paling cepat pekan depan, menggunakan sensor dan radar, serta segera mengerjakan kesepakatan pengembalian dengan Prancis dan kesepakatan serupa dengan Uni Eropa.

"Ini akan memiliki efek langsung dan secara signifikan akan mengurangi penyeberangan, menyelamatkan nyawa, dengan secara mendasar melanggar model bisnis kelompok kriminal," kata Johnson dalam surat yang dikirim kepada Macron dan dipublikasikan melalui jejaring sosial Twitter.

Ketika Inggris meninggalkan Uni Eropa, Inggris tidak lagi dapat menggunakan sistem blok itu untuk mengembalikan migran ke negara anggota pertama yang mereka masuki.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement