REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR--Kekayaan hayati Indonesia mendorong Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian (Kementan), menjadikan upaya diversifikasi pangan sebagai Cara Bertindak Kedua (CB2) untuk mendukung peningkatan ketersediaan pangan di era normal baru. Terutama dengan memanfaatkan potensi pangan lokal selain beras dan terigu.
Plt Kepala Badan Ketahanan Pangan, Sarwo Edhy, mengatakan diversifikasi pangan lokal sangat penting dilakukan karena pandemi Covid-19, seluruh dunia berada dalam ancaman krisis pangan dan kekeringan. Potensi kekayaan pangan lokal sumber karbohidrat selain beras, seperti singkong, jagung, sagu, kentang, pisang dan talas perlu digali sebagai pangan sumber karbohidrat alternatif selain beras.“Kita bersama menyadari bahwa upaya diversifikasi pangan ini harus dilakukan secara paralel, baik dari sisi penyediaan pangan maupun upaya peningkatan konsumsi pangan masyarakat. Di sisi penyediaan pangan, kita telah melakukan upaya peningkatan produksi bahan baku hingga pemberdayaan UMKM pangan lokal,” ujarnya, Jumat (26/11).
Kepala Pusat Penganekaragaman Konsumsi dan Keamanan Pangan, Yasid Taufik, menjelaskan pihaknya melakukan berbagai upaya untuk mengkampanyekan diversifikasi pangan. Salah satunya dengan menggelar kegiatan Kreasi Pangan Lokal Nusantara Tahun 2021 berslogan “Lokal Rasa Global”.
“Kegiatan ini merupakan salah satu wujud upaya yang kami lakukan bersama, untuk semakin mendorong konsumsi pangan lokal masyarakat melalui daya tarik olahan pangan lokal hasil kreasi adik-adik mahasiswa,” ujarnya.
Dengan adanya kegiatan yang berkaitan dengan diversifikasi pangan lokal ini, Yasid berharap masyarakat tidak lagi terjebak pada sumber karbohidrat lokal seperti beras maupun terigu. Namun diharapkan masyarakat bisa mengetahui jika sumber pangan lokal dapat dikresikan menjadi menu yang siap dikonsumsi.“Dengan bahan baku pangan lokal yang ada, kita mendorong mahasiswa berkreasi pada event perlombaan itu. Yaitu pada kreasi untuk menciptakan menu pangan lokal, agar tercipta menu pangan lokal yang bergengsi dan mampu diterima oleh masyarakat kita,” tutur Yasid.
Pemenang dari perlombaan ini, yakni Muhammad Irgi Fathoni (19 tahun), mahasiswa semester 3 dari Politeknik Negeri Media Kreatif Jakarta. Irgi, sapaannya, membuat menu Kakap Gulung (Kalung) dengan Saus Woku, Sorgum Liwet, dan Campuran Sayuran.
Dalam menu masakannya ini, Irgi menggunakan bahan baku lokal sorgum yang dimasak serupa dengan nasi liwet. Dia mengaku, menu kreasinya sudah diuji coba selama lima kali, sebelum akhirnya menjadi juara pertama dalam perlombaan ini.“Idenya itu saya memilih sorgum, saya ingin mengingatkan pada masyarakat bahwa sorgum itu belum dikenal. Saya memilih sorgum ini untuk memberi tahu masyarakat agar masyarakat bisa menggunakan sorgum dengan kearifan lokal. Sorgum tersebut saya ubah menjadi sorgum liwet, untuk rasa dan ciri khasnya bisa diterima masyarkaat,” jelasnya.