YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah – Berbicara sejarah, ada beberapa hal yang harus dikontruksikan. Tentang perspektif peristiwa di masa lampau yang kaya akan makna dan eksistensi. Sebelum akhirnya membentuk bangunan peradaban yang sepurna di masa depan.
Tentang kebangkitan nasional, perang grilya, perang sabil, kemerdekaan Indonesia dan lain sebagainya. Terdapat relasi antara aktor dan kejadian yang saling mengikat dan menguatkan satu dengan lainnya.
Pada Sabtu (27/11) Haedar Nashir, Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah menyampaikan pidato kunci dalam pembukaan Kongres Sejarawan Muhammadiyah yang digagas oleh Majelis Pustaka dan Informasi (MPI) PP Muhammadiyah.
Haedar mengatakan bahwa kelahiran Muhammadiyah tidak dapat dilepaskan dari Islam sebagai agama yang mencerahkan. Menurutnya, Islam di masa depan adalah kontruksi dari Islam di masa lalu, begitu pula dengan Muhammadiyah.
“Ketika berbicara sejarah sering kali kita dapati fakta yang mendepankan simplifikasi. Melihat dari satu sudut pandang atau tunggal. Hanya dari sudut pandang mereka yang menang. Sehingga banyak yang berebut tafsir sejarah,” ujarnya dalam Kongres yang berlangsung di Universitas Ahmad Dahlan itu.
Maka dari itu sejarah harus hidup secara dinamis di tangan para ahli sejarah dari berbagai lintas ilmu, paradigma dan pandangan. Dan tentu tidak meninggalkan fungsi Checks and balances dalam penulisan sejarah. Memiliki pandangan yang terbuka untuk didiologkan dan formulasikan.
Dalam hal ini Haedar menegaskan bahwa pendustaan dalam sejarah tidak boleh terjadi. Pendustaan dalam penulisan sejarah dapat berimplikasi besar kepada rute kehidupan di masa mendatang.
“Pendustaan ini dapat dilakukan oleh otoritas mana pun untuk kepentingan yang sempit. Hal ini disebabkan oleh kedangkalan dalam berpikir dan memahami realitas sejarah. Untuk mengatisipasi kedangkalan tersebut, maka kita harus terbuka dalam melihat peristiwa sejarah, tidak sempit dalam memahaminya dan melihat realita sejarah lebih komprehensif. Agar tidak terjadi pengkerdilan sejarah kuncinya adalah kejujuran dari penulisan sejarah itu sendiri,” ungkapnya.
Oleh karena itu ia berharap melalui Kongres Sejarawan Muhammadiyah ini mampu memperluas jangkauan. Mendorong para sejarawan Muhammadiyah untuk melihat secara multiperspektif realitas masa lalu dinamika kebangsaan dan keumatan. (diko)