Ahad 28 Nov 2021 06:35 WIB

Prof Nasaruddin: Islam Agama Cinta

Agama Islam pada hakikatnya bermakna cinta.

Rep: Muhyiddin/ Red: Ani Nursalikah
Prof Nasaruddin: Islam Agama Cinta. Imam Besar Masjid Istiqlal KH Nasaruddin Umar.
Foto: Republika/Thoudy Badai
Prof Nasaruddin: Islam Agama Cinta. Imam Besar Masjid Istiqlal KH Nasaruddin Umar.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Imam Besar Masjid Istiqlal Prof KH Nasaruddin Umar mengatakan agama Islam pada hakikatnya bermakna cinta. Ummul Kitab jika dipadatkan, maka intinya adalah Al-Fatihah, yaitu Allah maha pengasih dan penyayang.

Kata Ar Rahman dan Ar Rahim juga berasal dari satu kata “Rahimah” yang artinya cinta. Penjelasan ini disampaikan Prof Nasaruddin saat memberikan ceramah kunci pada Program Internasional Peningkatan Kapasitas Guru Madrasah dan Pesantren untuk Literasi Keagamaan Lintas Budaya (LKLB) yang digelar oleh Masjid Istiqlal dan Institut Leimena, Senin (22/11).

Baca Juga

“Jika 6.666 ayat dipadatkan menjadi satu kata, permata itu adalah cinta. Jadi kalau ada mengatasnamakan Islam tapi isinya benci, marah itu bukan Islam. Kalau ada mengatasnamakan Islam, itu senang cinta,” ujarnya dalam siaran pers yang diterima Republika.co.id, Sabtu (27/11).

Program LKLB tersebut berlangsung pada 22-26 November 2021 diikuti 174 guru madrasah dan pesantren dari mayoritas pulau Jawa dan Sulawesi, serta sebagian kecil dari provinsi Jambi dan Nusa Tenggara Timur. Dalam acara itu, Prof Nasaruddin mendorong guru madrasah dan pesantren agar memberikan wawasan lebih luas kepada peserta didik. 

“Jangan sampai kita mendidik anak-anak untuk berpikiran sempit, seolah-olah akan melahirkan pertentangan. Oke kita memang berbeda, tapi tidak mesti perbedaan harus diselesaikan dengan pertikaian, pertengkaran, dan konflik,” ucapnya.

Prof Nasaruddin juga mejelaskan Indonesia bukan negara Islam, namun terkadang jauh lebih Islami dari negara Islam. Dia pun membandingkan pengalaman hidup di Indonesia dengan negara Islam, Afghanistan, dimana masyarakatnya mengalami kesulitan ekonomi dan ancaman keamanan.

Direktur Eksekutif Institut Leimena Matius Ho menjelaskan program LKLB sangat sejalan dengan visi Masjid Istiqlal untuk mewujudkan lembaga pemberdayaan umat yang menyuarakan moderasi Islam berwawasan Indonesia. Program LKLB sejauh ini telah memasuki kelas ke-6 dengan sejumlah mitra yang berbeda, termasuk Masjid Istiqlal.

“Kami sangat senang dan bangga dapat bekerja sama dengan Masjid Istiqlal, menjadi bagian ‘The New Istiqlal’ yang bersama kepemimpinan visioner Imam Besar Prof Nasaruddin Umar semakin aktif dan inovatif memperbanyak ruang-ruang perjumpaan antarsesama manusia yang berbeda agama dan kepercayaan,” kata Matius.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement