REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Satuan Tugas (Satgas) Covid-19 mengeklaim varian baru virus corona Omicron belum memasuki Indonesia hingga saat ini. Pemerintah Indonesia terus memonitor perkembangannya dan masih mencegahnya masuk seperti memperketat perjalanan internasional.
"Sesuai harapan kita, belum ada laporan dari laboratorium rujukan dan hasil genom whole sequencing penelitian dan pengembangan kesehatan (litbangkes)," kata Kepala Bidang Penanganan Kesehatan Satgas Covid-19 Brigjen (Purn) Alexander K Ginting saat dihubungi Republika, Ahad (27/11).
Terkait tudingan pemerintah Indonesia santai menghadapi Omicron, Alex menegaskan itu hal yang keliru. Ia mengeklaim, pemerintah termasuk Satgas Covid-19 terus memonitor perkembangan di daerah dan pusat serta regional dan dunia.
Selain itu, dia melanjutkan, antisipasi juga diupayakan dengan melakukan kordinasi dan sosialisasi lintas kementerian dan antar lembaga menyangkut persyaran perjalanan international, penguatan Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP), dan lab BBTKL. Termasuk penguatan laboratorium kesehatan daerah (Labkesda) di pusat dan daerah, pemeriksaan genome whole sequencing, lama karantina, serta penutupan transportasi dengan negara.
Kemudian, dia menambahkan, di dalam negeri dengan menyiagakan posko Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) desa/kelurahan, PPKM kabupaten/kota untuk mengendalikan dan mengawasi upaya tes, telusur, tindaklanjut (3T) dan protokol kesehatan (3 M) serta serbuan vaksinasi. "Kemudian isolasi terpusat (isoter) dan rumah sakit (RS) tetap siap siaga dan masyarakat mengikuti aturan sesuai yang ditentukan di Instruksi Menteri Dalam Negeri (Inmendagri) nomor 62," ujarnya.
Sebelumnya, Organisasi Kesehatan Dunia PBB (WHO) menamakan varian baru virus corona yang ditemukan di Afrika Selatan sebagai Omicron. Varian ini kini juga berada dalam daftar perhatian WHO. Virus corona jenis baru ini sebelumnya bernama B.1.1.529. Menurut WHO, kasus positif akibat varian ini meningkat di hampir semua provinsi di Afrika Selatan.
"Varian ini memiliki sejumlah besar mutasi, beberapa di antaranya mengkhawatirkan," begitu pernyataan resmi WHO. Varian Omicron pertama kali dilaporkan ke WHO dari Afrika Selatan pada 24 November lalu.