REPUBLIKA.CO.ID, WARSAWA -- Muslim di desa perbatasan Polandia, Bohoniki mengadakan empat pemakaman bagi para migran yang meninggal saat mencoba menyeberangi perbatasan dari negara tetangga, Belarusia. Komunitas Muslim khawatir akan ada lebih banyak lagi pemakaman, menyusul datangnya salju di lereng bukit yang sunyi.
Pasukan keamanan dan migran setiap saat tak ubahnya seperti bermain petak umpet. Para migran perlahan-lahan merasa putus asa di hutan yang membeku. Anggota komunitas kecil Tatar di Polandia timur berusaha membantu membawa makanan dan pakaian untuk sesama Muslim yang membutuhkan.
Namun demikian, sebuah spanduk digantung di luar masjid desa menyatakan dukungan penuh untuk pekerjaan militer. Mereka menyoroti persaingan emosi dari 2.000 penduduk Tatar. Muslim Tatar menggabungkan kepatuhan terhadap agama dan simpati kepada para pendatang baru dengan loyalitas yang kuat kepada Polandia.
“Bagaimanapun, kami adalah pengungsi,” kata salah satu warga Muslim Eugenia Radkiewicz yang menyapa pengunjung di masjid, dikutip di The National News, Ahad (28/11).
Bohoniki memiliki salah satu dari dua masjid yang selamat dari perang, penindasan, dan perubahan rezim di Polandia timur selama abad ke-20. Wilayah ini merupakan benteng dari salah satu komunitas Muslim tertua di Eropa.