REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Workshop dan pergelaran wayang kulit dan gamelan Indonesia ditampilkan di Moskow, Rusia, Sabtu (27/11). Penampilan tersebut bagian dari acara pamungkas rangkaian acara ASEAN Week 2021 yang diselenggarakan ASEAN Center Universitas MGIMO. Sebanyak 100 mahasiswa dan dosen Universitas MGIMO Moskow menghadiri acara tersebut.
Uniknya, para penggamel dari Gamelan Dadali itu seluruhnya warga Rusia hasil binaan Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Moskow. Dalam 50 menit, mereka memainkan beberapa tembang dan pagelaran singkat “Perang Kembang” yang mengisahkan pertarungan raksasa melawan ksatria dalam bahasa Jawa.
Wakil Rektor MGIMO bidang Hubungan Internasional, Andrey Baykov, memberikan apresiasi positif atas terselenggaranya ASEAN Week 2021. Ia yakin, program itu dapat memberi pemahaman lebih baik mengenai budaya negara-negara ASEAN di kalangan mahasiswa.
“Secara khusus saya ucapkan terima kasih kepada KBRI Moskow atas partisipasinya dalam kegiatan ini dan kiranya kerja sama dengan MGIMO dapat terus terjalin baik di masa mendatang,” katanya dalam keterangan tertulis yang diterima Republika, Ahad (28/11).
Mewakili Dubes RI Moskow dalam kegiatan, koordinator Fungsi Penerangan, Sosial dan Budaya KBRI Moskow Nanang Syaiful Fadilah menyampaikan bahwa gamelan dan wayang kulit adalah salah satu dari banyak seni budaya yang hidup di Indonesia. Keduanya kerap ditampilkan di kalangan masyarakat Jawa.
“Wayang kulit menjadi kebanggaan Indonesia karena pada 7 November 2003 UNESCO menetapkan sebagai Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of Humanity,” kata Nanang.
Direktur ASEAN Center MGIMO Ekaterina Koldunova juga menyampaikan apresiasi dan terima kasih kepada para mahasiswa dari negara ASEAN lain yang telah berpartisipasi pada acara, khususnya kepada KBRI Moskow yang telah bersedia memenuhi undangan pergelaran gamelan dan wayang kulit.
Usai pertunjukan, dilakukan dialog interaktif dalam bahasa Rusia mengenai sejarah dan komposisi gamelan oleh salah seorang penggamel Gamelan Dadali, Julia Ryzhaya. Paparan tentang cara pembuatan atau karakter tokoh wayang kulit dilakukan penggamel Gamelan Dadali lain, Ekaterina Makanina.
Nikolay, mahasiswa MGIMO menilai suara gamelan sangat unik dan berbeda dengan alat musik konvensional. “Melodi gamelan lebih didasarkan pada ketukan,” katanya.
Dosen Universitas MGIMO, Dr Viktor Sumsky, menyatakan kegembiraannya karena bisa kembali mendengar suara mendayu-dayu gamelan dan pertunjukan wayang kulit setelah lama tidak ke Indonesia. “Mungkin suatu hari nanti perlu digelar pertunjukan wayang kulit dan gamelan lengkap di sini, misalnya untuk merayakan ulang tahun MGIMO,” ujar Dr Sumsky yang juga mantan direktur ASEAN Center MGIMO.