Senin 29 Nov 2021 08:43 WIB

Mengapa Setan Bisa Dibelenggu? Ini Penjelasan Pakar Hadits

Banyak riwayat menyebutkan setan dibelenggu selama puasa Ramadhan

Rep: Imas Damayanti/ Red: Nashih Nashrullah
 Banyak riwayat menyebutkan setan dibelenggu selama puasa Ramadhan. Ilustrasi setan.
Foto: Pixabay
Banyak riwayat menyebutkan setan dibelenggu selama puasa Ramadhan. Ilustrasi setan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Banyak umat Islam yang cukup familier mengenai hadits Ramadhan, salah satunya yang berisi tentang penjabaran ‘ketika setan dibelenggu’.

Sebagian umat Islam menganggap bahwa manfaat dalam Ramadhan lebih mudah didapat karena selama bulan suci tersebut tidak terdapat gangguan dan bisikan setan. Sebab setan telah dibelenggu Allah ﷻ. Anggapan ini berdasarkan hadits, Rasulullah ﷺ bersabda:  

Baca Juga

  إِذَاجائء رَمَضَانُ فُتِّحَتْ أَبْوَابُ الجَنَّةِ ، وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ النار ، وَصفدتِ الشَّيَاطِينُ

“Idza ja-a Ramadhanu futihat abwaabul-jannati wa ghuliqat abwaabu an-naari wa shuffidati as-syayathinu.”  

Yang artinya, “Ketika tiba bulan Ramadhan, pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup dan setan-setan dibelenggu,”.

KH Ali Mustafa Yaqub dalam buku Cara Cermat Mengamalkan Hadits menjelaskan, hadits tersebut menjelaskan mengenai perkara ghaib. 

Di mana manusia memiliki keterbatasan dalam mencernanya. Surga, neraka, dan setan termasuk dalam wilayah sam’iyyat yang hanya dapat dipahami melalui informasi Alquran dan hadits. 

Sedangkan manusia tidak memiliki kemampuan untuk membuktikannya secara empiris.

Terdapat dua metode yang dapat digunakan dalam memahami hadis ini. Yaitu metode pemahaman tekstual atau makna hakiki dan metode kontekstual yang di antaranya dengan menggunakan makna majazi. 

Makna majazi dalam bahasa Arab tidak terlalu berbeda jauh dengan majas dalam bahasa Indonesia, yaitu yang berarti konotatif atau kiasan.

Ulama saling berbeda pendapat mengenai hadis dibelenggunya setan ini apakah dipahami secara hakiki atau dengan majazi. 

Baca juga: Sempat Kembali Ateis, Mualaf Adam Takjub Pembuktian Alquran

 

Sebagian dari mereka cenderung memahaminya sesuai dengan makna lafadz hadis tanpa mengubahnya, sedangkan sebagian yang lain memahami secara kontekstual sekaligus memperbolehkan memahaminya secara tekstual.

Namun pada umumnya, hadis harus dipahami dengan makna tekstual, akan tetapi jika hadis ini dipahami hanya dengan tekstualis saja maka akan menimbulkan pertanyaan perihal maksud dibelenggunya setan. 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement