Senin 29 Nov 2021 08:44 WIB

Penambangan Uang Kripto di Kazakhstan Picu Krisis Energi

Operator menjatah listrik bagi penambang uang kripto terdaftar.

Rep: Noer Qomariah Kusumawardhani/ Red: Friska Yolandha
Uang kripto (ilustrasi). Penambangan mata uang kripto (cryptocurrency mining) menghabiskan banyak energi, dan itu memicu krisis di Kazakhstan.
Foto: Pixabay
Uang kripto (ilustrasi). Penambangan mata uang kripto (cryptocurrency mining) menghabiskan banyak energi, dan itu memicu krisis di Kazakhstan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penambangan mata uang kripto (cryptocurrency mining) menghabiskan banyak energi, dan itu memicu krisis di Kazakhstan. Financial Times melaporkan operator jaringan listrik negara KEGOC akan mulai menjatah listrik untuk 50 penambang terdaftar setelah permintaan mereka dilaporkan menggunakan mode shutdown darurat di tiga pembangkit listrik pada Oktober.

Mereka juga akan menjadi yang pertama terputus jika ada kegagalan jaringan. Hal ini diungkapkan oleh perusahaan kuasi-publik tersebut.

Baca Juga

Dilansir dari Engadget, Senin (29/11), Kementerian energi memperkirakan bahwa permintaan listrik telah melonjak delapan persen sejauh ini pada 2021 dibandingkan dengan satu atau dua persen yang lebih umum. Pemdaman terjadi di enam wilayah sejak Oktober.

Pejabat dan pengamat telah menyematkan pemadaman listrik pada peningkatan jumlah penambang kripto yang tidak terdaftar yang secara ilegal menghasilkan mata uang dari rumah atau bahkan pabrik mereka.

Perang China melawan cryptocurrency mungkin ikut bertanggung jawab. Permintaan energi mulai meningkat ketika perusahaan pertambangan pindah dari China pada awal 2021, dan melonjak lagi ketika China membuat penambangan ilegal Mei ini. Listrik relatif murah di Kazakhstan, menjadikannya surga bagi perusahaan yang berharap medapat untung lebih besar dari operasi kripto.

Kazakhstan sedang mencoba untuk mengompesasi kekurangan listrik. Ini meminta perusahaan negeri Rusia untuk melengkapi jaringan listrik nasional, dan akan membebankan biaya kompensasi kepada penambang terdaftar sebesar satu tenge (sekitar 0,0023 dolar AS) untuk setiap kwh mulai 2022. Namun, kedua upaya tersebut akan memakan waktu, dan ini memaksa penambang untuk mengurangi atau memindahkan peralatan.

Ada juga kekhawatiran pemerintah tidak jujur tentang masalahnya. Luca Anceshi dari Universitas Glasgow berpendapat kepada The Times bahwa Kazakhstan mengkambinghitamkan para penambang untuk masalah keandalan dengan jaringan listrik negara itu. Apakah itu benar atau tidak, aman untuk mengatakan permintaan penambangan mengisyaratkan potensi masalah bagi negara lain jika produksi kripto lokal mereka berkurang.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement