Senin 29 Nov 2021 14:25 WIB

Israel Khawatir AS Cabut Sanksi Terhadap Iran

Israel sudah menyampaikan pesan kekhawatiran itu ke AS.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Teguh Firmansyah
Perdana Menteri Israel Naftali Bennett,
Foto: EPA-EFE/MOTI MILROD
Perdana Menteri Israel Naftali Bennett,

REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV -- Perdana Menteri Israel Naftali Bennett menyampaikan kekhawatirannya perihal kemungkinan Amerika Serikat (AS) mencabut sanksinya terhadap Iran. Washington dan Teheran dijadwalkan melanjutkan pembicaraan pemulihan kesepakatan nuklir atau Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA) di Wina, Austria, Senin (29/11).

“Israel sangat prihatin dengan kesediaan untuk mencabut sanksi dan mengizinkan aliran miliaran dolar ke Iran sebagai imbalan atas pembatasan yang tak memadai pada program nuklir,” kata Bennett pada Ahad (28/11), dikutip laman Al Arabiya.

Baca Juga

Israel, kata dia, sudah menyampaikan hal itu kepada para pihak yang terlibat dalam pembicaraan pemulihan JCPOA. “Ini adalah pesan yang kami sampaikan dengan segala cara, baik kepada Amerika maupun negara-negara lain yang sedang bernegosiasi dengan Iran,” ujar Bennett.

Setelah terhenti selama lima bulan, AS dan Iran akhirnya akan melanjutkan negosiasi pemulihan JCPOA di Wina. Seperti enam putaran pembicaraan sebelumnya yang dimulai sejak April, AS berpartisipasi secara tidak langsung. Iran akan mengadakan pembicaraan langsung dengan sisa penandatangan JCPOA, yakni Inggris, China, Prancis, Rusia, dan Jerman.

Sebelumnya, juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran Saeed Khatibzadeh mengatakan, penghapusan sanksi AS dalam pembicaraan pemulihan JCPOA sangat penting bagi negaranya. “Yang penting bagi kami adalah bagaimana mencapai kesepakatan yang baik di Wina. Dari titik mana pembicaraan akan dimulai di Wina, kurang penting,” kata Khatibzadeh dalam sebuah konferensi pers pada 15 November lalu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement