REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dalam rangka merayakan hari solidaritas untuk Palestina, Majelis Ulama Indonesia (MUI) menggelar penandatangan nota kesepahaman (MoU) Kerja Sama Pembangunan Rumah Sakit Indonesia Hebron (RSIH) dengan Wali Kota Hebron, Palestina. Rumah sakit ini akan difungsikan sebagai pusat penanganan dan penyembuhan trauma fisik maupun psikis (trauma healing) akibat pandemi maupun konflik yang berkelanjutan.
Ketua Panitia Pembangunan Rumah Sakit Indonesia Hebron (RSIH) Palestina Sudarnoto Abdul Hakim mengatakan program pembangunan RSIH mendapat animo dan respons positif dari masyarakat. Hal itu terlihat dari jumlah donasi yang terkumpul sekitar Rp 24 miliar dalam waktu kurang dari satu tahun. Dia juga mengapresiasi antuasiasme dan kepedulian masyarakat untuk terus berbagi dan menunjukkan solidaritas bagi warga Palestina meski di tengah kesulitan akibat wabah Covid-19.
“Sejauh ini sudah terkumpul sekitar Rp 24 miliar dan akan terus dilakukan hingga mencapai target Rp 87 miliar,” ujar Sudarnoto yang juga Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Bidang Kerja Sama Luar Negeri dan Hubungan Internasional itu.
“Dana pembangunan RSIH ditargetkan dapat terkumpul pada akhir 2023, yang penyalurannya akan dibagi menjadi enam termin,” ujarnya.
Rumah sakit yang akan berdiri di jantung kota Hebron, 500 meter dari Masjid Ibrahim, itu akan dibangun di atas lahan seluas 4.000 meter persegi. “RSIH akan sangat berguna sebagai pusat pengobatan masyarakat Palestina maupun jalur Gaza, juga menjawab kebutuhan kami atas layanan kesehatan sekaligus lahan pekerjaan bagi para dokter yang terpaksa kehilangan pekerjaan,” ujar Wali Kota Hebron Tayseer Abu Sneineh yang hadir dalam penandatangan MoU Kerja Sama dengan MUI yang dilakukan secara virtual, Senin (29/11).
Hebron merupakan kota terbesar di Palestina, baik dari sisi luas wilayah maupun jumlah penduduk. Selama ini, kota tertua kedua di dunia ini juga menjadi tulang punggung perekonomian Pelestina.
Namun, sejak penjajahan Israel pada 1917, Hebron kehilangan banyak akses perekonomian baik karena pembatasan ekstrem hingga perusakan fasilitas publik besar-besaran. “Banyak bangunan kami dihancurkan oleh rezim Yahudi dan banyak akses Hebron yang tertutup, baik pertokoan, pusat perdagangan, rumah sakit, dan sekolah, sehingga masyarakat Palestina, khususnya Hebron sangat memerlukan bantuan dan uluran tangan,” ujarnya.
“Kami berterima kasih kepada seluruh masyarakat Indonesia yang telah membantu dan mendukung pembangunan RSIH di Hebron. Kami juga berterima kasih kepada Indonesia yang terus menunjukkan kepedulian bagi rakyat Palestina, dan terus memperjuangkan dan membantu memenuhi hak dan keperluan kami untuk dapat bertahan hidup,” kata Sneineh.