REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Pangeran Charles terbang ke Barbados untuk ikut merayakan pembentukan negara Karibia tersebut sebagai republik. Ratu Elizabeth bukan lagi tahta berkuasa di wilayah tersebut setelah Barbados memutus hubungannya dengan Inggris.
Seperti diketahui, Barbados meraih kemerdekaannya dari Inggris pada 1966. Namun wilayah tersebut masih mempertahankan Ratu Elizabeth sebagai tahta berkuasa.
Dengan digantikan Ratu Elizabeth, maka Presiden Barbados akan dilantik dalam upacara yang digelar di hari kemerdekaan bangsa itu pada Selasa (30/11) besok.
Pangeraan Charles sedianya akan menyampaikan pidato pada Selasa tengah malam. Pangeran Charles rencananya akan menyampaikan soak hubungan antar dua negara yakin tetap sama.
"(Termasuk) begitu banyaknya hubungan antara rakyat di negara kami, di mana mengalir kekaguman dan rasa kasih, kerja sama dan kesempatan," kata Pangeran Charles dalam pidatonya nanti.
Buckingham Palace mengatakan isu ini merupakan isu yang diputuskan rakyat Barbados sendiri. Ini pertama kalinya dalam tiga puluh tahun terakhir Ratu dicopot sebagai kepala negara. Terakhir kali ketika pulau di Samudra India, Mauritius memproklamirkan diri sebagai republik tahun 1992.
Perayaan akan dimulai pada Senin dan diperpanjang sampai Selasa. Sandra Mason akan dilantik sebagai presiden pertama bertugas dalam tugas-tugas simbolis di belakang Perdana Menteri Mia Mottley.
Saat ini Mason menjabat sebagai gubernur-jenderal, perwakilan Ratu Elizabeth di Barbados. Diskusi ini memicu proposal serupa pada mantan daerah-daerah jajahan Inggris seperti Jamaika, Australia dan Kanada.
Dalam pidatonya Sabtu (27/11) lalu Mottley mengatakan fondasi republik menandai langkah maju bagi Barbados. Tapi ia menambahkan masyarakat harus mengatasi berbagai tantangan seperti ketimpangan dan perubahan iklim seperti saat ketika mereka ingin merdeka pada abad ke-20.
"Usai kita bergerak menjadi republik parlementer setelah 396 tahun kekuasaan monarki Inggris, saya meminta kita untuk mengaku tantangan yang mungkin sudah berubah, tapi sama menakutkannya seperti sebelumnya," kata Mottley.