Setop PTM, Disdikpora DIY: Kita Lihat Kasus per Kasus
Rep: Silvy Dian Setiawan/ Red: Muhammad Fakhruddin
Setop PTM, Disdikpora DIY: Kita Lihat Kasus per Kasus (ilustrasi PTM). | Foto: istimewa
REPUBLIKA.CO.ID,YOGYAKARTA -- Pemerintah Daerah (Pemda) DIY mempertimbangkan untuk menyetop penyelenggaran pembelajaran tatap muka (PTM) terbatas. Hal ini menyusul ditemukannya beberapa kasus positif Covid-19 di sekolah yang menyelenggarakan PTM dari hasil skrining acak terhadap pelajar.
Salah satunya dengan ditemukannya puluhan kasus positif di Kabupaten Gunungkidul dari skrining acak terhadap pelajar di tingkat sekolah menengah atas. Meskipun begitu, Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) DIY, Didik Wardaya mengatakan, penyetopan tidak serta-merta dilakukan di semua sekolah yang melaksanakan PTM.
"kita lihat kasus per kasus," kata Didik kepada Republika saat dikonfirmasi melalui pesan tertulis, Senin (29/11) malam.
Dengan begitu, penyetopan PTM hanya dilakukan di sekolah dengan ditemukannya kasus positif. Didik menuturkan, penyetopan PTM ini juga tergantung dari saran dan evaluasi dari gugus tugas penanganan Covid-19 di masing-masing wilayah.
"Tergantung saran dari gugus tugas setempat dan positive rate masing-masing sekolah tersebut," ujat Didik.
Seperti diketahui, skrining acak terhadap pelajar yang mengikuti PTM ini dilakukan di seluruh kabupaten/kota se-DIY. Skrining dilakukan untuk mengetahui sejak dini adanya penularan maupun klaster baru Covid-19 selama berjalannya PTM.
"Surveilans (skrining) PTM telah dilaksanakan di lima kabupaten/kota se-DIY, termasuk Gunungkidul. Skrining ini bertujuan untuk mengidentifikasi sedini mungkin terhadap klaster yang mungkin terjadi," kata Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 DIY, Berty Murtiningsih kepada Republika.
Dinas kesehatan di masing-masing kabupaten/kota juga sudah diminta untuk terus melakukan skrining secara berkala selama berlangsungnya PTM. Dengan begitu, kata Berty, potensi meluasnya penyebaran Covid-19 dapat ditekan dan kasus yang sudah ditemukan juga dapat tertangani dengan cepat.
"Disamping untuk melakukan kewaspadaan dini, (skrining) juga dipakai sebagai gambaran apakah masih ada penularan Covid-19 di wilayah tersebut," ujar Berty.
Di Kota Yogyakarta, skrining ini sudah dilakukan sejak pekan kemarin. Ketua Harian Satgas Covid-19 Kota Yogyakarta, Heroe Poerwadi mengatakan, skrining sudah dilakukan terhadap seribu lebih pelajar maupun tenaga didik di 17 sekolah.
Pada pekan pertama dilakukannya skrining acak, ditemukan empat anak yang terkonfirmasi positif. Empat kasus yang ditemukan dari skrining di sekolah ini tidak seluruhnya berdomisili di Kota Yogyakarta.
Namun, ada yang berdomisili di kabupaten lain di DIY dan ada yang baru datang dari daerah lain yakni Makassar. Heroe menjelaskan, dari empat kasus yang ditemukan di sekolah tersebut dilakukan tracing (pelacakan) kontak erat yakni keluarga dan teman satu kelas.
"Hasilnya semua negatif, artinya di sekolah ternyata protokol kesehatan berjalan dengan baik. Meskipun di tengah-tengah ada yang positif, mereka negatif semua," kata Heroe yang juga Wakil Wali Kota Yogyakarta tersebut.
Pihaknya pun bergerak cepat dengan menghentikan PTM di sekolah yang ditemukan kasus terkonfirmasi positif. Proses belajar mengajar PTM pun dialihkan dari PTM menjadi pembelajaran jarak jauh selama lima hari.