Kendala Hilirisasi Hasil Riset karena Belum Kuatnya Sinergi

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Yusuf Assidiq

Rektor Universitas Gadjah Muda (UGM) Panut Mulyono.
Rektor Universitas Gadjah Muda (UGM) Panut Mulyono. | Foto: Republika/Fauzi Ridwan

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta menggelar Forum Riset Industri (FRI) secara daring. FRI merupakan forum yang mempertemukan peneliti UGM dengan mitra industri, mitra dalam dan luar negeri, pemerintah tingkat pusat maupun daerah.

Pertemuan FRI 2021 mengusung tema 'Mewujudkan Kemandirian Industri Farmasi dan Teknologi Kesehatan.' Dalam rangka menjawab tantangan yang harus dihadapi dari kesehatan masa depan untuk terjaminnya kesejahteraan dan kedaulatan nasional.

"Kita merasakan betapa besarnya ketergantungan kita terhadap negara lain dalam mengatasi pandemi, terutama penyediaan vaksin, obat-obatan, dan alat kesehatan," kata Rektor UGM, Prof Panut Mulyono.

Tema ini relevan dengan kondisi saat kebutuhan teknologi kesehatan dan obat Indonesia yang sebagian besar masih harus dipenuhi produk impor. Maka itu, perlu upaya-upaya mengurangi ketergantungan impor mengembangkan industri dalam negeri.

Hal itu untuk meningkatkan ketersediaan obat dan alkes dalam negeri. Indonesia merupakan negara yang dikategori sebagai technology adopter, yang mengandalkan dan menggantungkan teknologi kesehatannya, termasuk obat di negara-negara maju.

Bidang obat, misalnya, 96 persen bahan baku obat diimpor dari negara lain. Senat Akademik UGM pada 2021 telah setuju berdirinya pusat studi baru di UGM, Pusat Studi Industri Farmasi dan Teknologi Kesehatan sebagai penguatan kelembagaan.

Pusat studi ini didirikan dalam rangka mewujudkan kemandirian dan keberlanjutan industri farmasi dan teknologi kesehatan sebagai pusat sinergi. Antara pemangku kebijakan, kepentingan, dan institusi dalam pengembangan dan penghilirisasi.

"Pusat Industri Farmasi dan Teknologi Kesehatan ini juga menyusun kajian-kajian ilmiah demi mendukung penguatan kebijakan dan implementasi berbagai kebijakan," ujar Panut.

Ia menilai, kendala hilirisasi hasil riset dan inovasi perguruan tinggi sering kali disebabkan belum kuat sinergi antara perguruan tinggi dan industri. Maka itu, sejak 2009 UGM rutin menggelar FRI untuk mempertemukan elemen-elemen itu.

Tujuannya, mensinergikan tema-tema dan program-program riset yang dapat dihilirkan dan bermanfaat bagi masyarakat. Pada kesempatan ini, rektor UGM menandatangani MoU dengan PT Cheil Jedang Indonesia dan MoU dengan PT Tristem Medika Indonesia.

"Dengan sinergi kuat antara perguruan tinggi dengan berbagai pihak, termasuk industri, dapat mempercepat penerapan dan pemanfaatan hasil-hasil riset dan inovasi yang dilakukan oleh para peneliti dan inventor di perguruan tinggi," katanya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini

Terkait


UGM Juara Umum Kompetisi Satria Data 2021

UNIS Tangerang Gelar Wisuda Sarjana ke-46

Hati-Hati Bagikan Data pada Fitur Add Yours Instagram

Mahasiswa UGM Berdayakan Warga Kelola Sampah Organik

Indonesia Terdampak La Nina, Waspadai Banjir dan Longsor

Republika Digital Ecosystem

Kontak Info

Republika Perwakilan DIY, Jawa Tengah & Jawa Timur. Jalan Perahu nomor 4 Kotabaru, Yogyakarta

Phone: +6274566028 (redaksi), +6274544972 (iklan & sirkulasi) , +6274541582 (fax),+628133426333 (layanan pelanggan)

[email protected]

Ikuti

× Image
Light Dark