REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Aset kripto yang terbit dan beroperasi dengan teknologi blockchain mengalami pertumbuhan signifikan dalam beberapa bulan ke belakang. Salah satunya yang berkembang dengan signifikan adalah Non Fungible Token (NFT).
Berbeda dengan kriptokurensi, NFT dinilai sebagai sebuah satu token utuh sendiri. Dengan demikian secara prinsip, semua aset dapat menjadi NFT, baik berupa seni, gim, video, musik, dan lainnya.
NFT sendiri merupakan token digital, tidak dapat dipertukarkan namun dapat diperjualbelikan. Hal ini yang membuat NFT cocok digunakan dalam transaksi karya seni digital oleh konsumen biasa maupun kolektor atau disebut sebagai crypto art yang ditunjang oleh Ethereum sebagai platform pendukungnya.
Dalam hal ini, NFT berfungsi sebagai alat verifikasi karya digital untuk transaksi seni kripto. Hal ini yang membuat karya yang diperjualbelikan diperlakukan layaknya karya seni berformat fisik.
Jika dilihat pada fungsinya, NFT bisa memiliki ragam projek dan aset. Pada industri gaming, terdapat NFT yang diluncurkan khusus gim, seperti Axie Infinity, dan lain-lain. Sementara untuk hal kepemilikan, NFT bisa menjadi wadah untuk mempertemukan orang-orang dengan minat yang sama di sebuah komunitas.
Nilai plus pada NFT juga bisa terlihat bagaimana aset ini mampu menjadi jembatan teknologi dengan dunia nyata. Sebab NFT bisa menjadi semakin popular dan bernilai sehingga bisa semakin cepat diterima oleh masyarakat umum.
Baru-baru ini komunitas NFT juga telah merambah ke dunia sosial. Meta Forest Society (MFS) menjadi NFT pertama di Indonesia yang berorientasi pada menghadirkan dampak positif kepada para petani. Untuk mencapai hal tersebut Meta Forest bermitra dengan program Perempuan Tani Harapan Rakyat (Pertahara).
Pertahara sendiri adalah gerakan nasional pemberdayaan perempuan yang pada tujuannya menangani masalah kemiskinan, meningkatkan ekonomi petani dan meningkatkan peran perempuan dalam pertanian Indonesia.
Melalui kolaborasi MFS dengan Pertahara diharapkan petani perempuan dapat diberdayakan dengan lebih optimal. Sebab MFS digagas untuk membantu perubahan sistemik di kalangan petani. Dengan Pertahara sebagai ruang komunitas, kolaborasinya akan semakin berimbas positif dan berkelanjutan.
Sementara untuk proyeksi jangka panjang, MFS bertujuan untuk membantu menciptakan perubahan melalui gerakan-gerakan berdampak sosial lainnya. Lewat MFS ruang komunitas pun dapat saling mendukung satu sama lain, baik di dunia maya dan dunia nyata. Kekuatan inilah yang memberi nilai positif, agar keduanya bisa memberdayakan satu sama lain dan menciptakan solusinya.
Menurut Program Manager Meta Forest, Tiffany Setiadharma, proyek yang sedang dikerjakan sekarang ditujukan agar bisa mengajak para generasi muda yang hari ini sedang sangat hangat mengeksplorasi NFT.
"Mereka dapat pula berpartisipasi langsung dalam memberikan dampak positif dan nilai sosial kepada masyarakat, khususnya petani perempuan," kata dia di Jakarta, Selasa (30/11).
Tiffany mengatakan, Meta Forest bermitra dengan HARA yang memiliki pengalaman dalam membantu petani-petani di Indonesia salah satunya adalah komunitas Pertahara.
“Kami memahami benar bagaimana para perempuan-perempuan hebat yang tergabung dalam Pertahara berjuang untuk keluarganya. Untuk itulah kami berharap melalui Project Meta Forest ini kami bisa berkontribusi dalam memberdayakan dan membantu mereka, baik dalam konteks agripreneur maupun memberikan dampak positif pada kehidupan sosialnya," kata dia.
"Project Meta Forest sendiri menjadi ikhtiar kami dalam mengajak komunitas NFT untuk semakin solid dan mampu berkontribusi untuk bidang sosial sehingga komunitas ini bisa berkembang secara berkelanjutan,” ujar Tiffany menambahkan.