Selasa 30 Nov 2021 19:21 WIB

Mengapa Booster Vaksin Belum Etis Dilakukan Saat Ini

Vaksinasi Covid-19 menganut azas keadilan dan non-diskriminatif.

Ampul vaksin Moderna yang digunakan untuk vaksinasi massal Covid-19 dosis tiga di Graha Wana Bhakti Yasa, Yogyakarta, Selasa (30/11). Vaksinasi Covid-19 dosis tiga atau vaksin booster diperlukan terutama bagi kelompok berisiko.
Foto: Wihdan Hidayat / Republika
Ampul vaksin Moderna yang digunakan untuk vaksinasi massal Covid-19 dosis tiga di Graha Wana Bhakti Yasa, Yogyakarta, Selasa (30/11). Vaksinasi Covid-19 dosis tiga atau vaksin booster diperlukan terutama bagi kelompok berisiko.

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Dian Fath Risalah, Antara

Sepanjang tahun ini Indonesia baru memberikan secara resmi vaksin dosis ketiga atau booster bagi tenaga kesehatan. Rencananya vaksin dosis ketiga baru akan diberikan ke masyarakat umum pada tahun 2022.

Baca Juga

Epidemiolog Masdalina Pane menekankan penggunaan vaksin booster Covid-19 atau vaksin penguat dosis ketiga sangat berguna. Namun, untuk saat ini menurutnya masih belum etis untuk diberikan.

"Booster tetap ada gunanya, tetapi secara etis belum bisa diberikan, karena masih cukup banyak yamg belum akses terhadap vaksin," terang Masdalina kepada Republika, Selasa (30/11). Alasannya, prinsip dasar dari vaksin adalah equity, equality dan non-diskriminatif. "Kalau karena ada uang menghalangi orang lain akses terhadap vaksin ya itu tidak etis," tegasnya.

Epidemiolog Dicky Budiman mengatakan booster memiliki banyak manfaat. Pemberian booster menunggu kekebalan kelompok tercapai yaitu populasi yang sudah divaksinasi penuh mencapai 70 persen menurutnya tidak harus begitu.

"Data yang ada baik dari Israel atau Amerika, booster bermanfaat bagi individu dan kelompok rawan. Itu terlihat di dunia nyata," tegas Dicky

Dicky menjelaskan, booster dirancang untuk membantu orang mempertahankan tingkat kekebalan yang lebih lama. Sejauh ini FDA dan juga negara maju lain, telah mengesahkan tiga penguat (booster) vaksin, yaitu Pfizer-BioNTech, Moderna dan Janssen/Johnson & Johnson, yang sudah terbukti aman juga efektif bagi individu yang sebelumnya menerima vaksin Covid-19 yang mereknya berbeda.

"Studi di Israel booster untuk Pfizer hasilnya luar biasa, dengan efikasi 95 persen menghadapi Delta varian di semua kelompok risiko tinggi dan kelompok umum dan tambahan satu lagi, booster penting ketika di satu daerah meningkat tajam kasusnya," terang Dicky.

Namun, pemberian booster juga harus sesuai dengan prinsip vaksin dalam masa pandemi yakni menjamin kesetaraan dan akses yang merata untuk semua penduduk tanpa diskriminasi.Lebih lanjut, ia menekankan bahwa pemerintah perlu memikirkan solusi untuk menangani pandemi. Termasuk dalam hal penyediaan vaksin untuk seluruh lapisan masyarakat tanpa terkecuali.

Dikonfirmasi terpisah, vaksinolog dan dokter spesialis penyakit dalam Dirga Sakti Rambe mengatakan, booster sangat berguna. "Booster diperlukan khususnya untuk orang-orang berisiko tinggi seperti lansia dan orang dengan komorbid," kata Dirga.

Dirga mengatakan, masyarakat namun tidak perlu tergesa-gesa mengejar vaksin booster alias dosis penguat. Sebab, memperluas dan memperbanyak cakupan vaksin Covid-19 lebih penting daripada kekebalan yang terpusat pada satu orang. "Yang mengendalikan pandemi adalah kekebalan komunitas, bukan individu," ungkap dokter yang aktif mengedukasi masyarakat soal vaksin Covid-19.

Berdasarkan hasil riset, vaksin dapat mencegah orang dari gejala berat Covid-19. Vaksin juga dapat menghindari risiko kematian hingga 95 persen ketika orang terinfeksi SARS-CoV-2, virus penyebab penyakit wabah tersebut.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement