REPUBLIKA.CO.ID, MERSEYSIDE -- Mantan gelandang Liverpool dan Arsenal, Ray Kennedy, meninggal dunia pada usia 70 tahun. Kennedy didiagnosis menderita penyakit parkinson pada 1984.
Selama kariernya, Kennedy mencetak tiga gol untuk timnas Inggris. Bersama Arsenal, ia mencatatkan 71 gol dalam 212 penampilan dan memenangkan satu gelar Liga Inggris serta satu Piala FA dan satu gelar Inter Cities-Fairs Cup Winners, sebelum bergabung dengan Liverpool pada 1974.
Delapan tahun berseragam the Reds, Kennedy mencetak 72 gol dalam 393 penampilan. Ia memenangkan lima gelar Liga Inggris dan tiga Piala Eropa atau Liga Champions. Ia juga mempersembahkan satu gelar Piala Super Eropa dan UEFA Cup Winner. Empat gelar English Super Cup Winner juga ia persembahkan.
Liverpool menyatakan Kennedy adalah pemain legendaris sebagaimana dilansir dari BBC, Rabu (1/12). Arsenal juga mengeluarkan pernyataan tentang Kennedy. The Gunners mengatakan, penggemar Arsenal cukup beruntung telah menyaksikan aksi Ray Kennedy.
“Citranya akan tetap menjadi seorang remaja raksasa yang selalu menyerang, mendominasi pertahanan lawan saat gol-golnya membawa klub meraih pencapaian terbesar dalam permainan dan sesuatu yang namanya akan selalu ada terkait gelar ganda,” demikian pernyataan Arsenal.
Mantan striker Liverpool John Aldridge melalui akun Twitter menyebut Kennedy merupakan seorang pemain bagus yang menderita parkinson pada sebagian besar hidupnya. Aldridge yakin apa yang dialami Kennedy pasti selalu menjadi perhatian orang lain.
Kennedy awalnya memulai karier sebagai penyerang. Ia bergabung dengan Liverpool pada hari yang sama saat Bill Shakly mengundurkan diri sebagai pelatih. Dua tahun setelah menandatangani kontrak, Bob Paisley mengubah Kennedy ke lini tengah dan posisi tersebut ia pakai selama sisa kariernya.
Paisley menulis dalam otobiografinya bahwa Kennedy adalah salah satu pemain Liverpool terbesar dan mungkin juga selalu dan paling diremehkan.
Setelah meninggalkan Liverpool pada tahun 1982, Kennedy berseragam Swansea City dan Hartlepool United. Terakhir ia menghabiskan waktu singkat sebagai pemain sekaligus pelatih di Siprus Pezoporikos.